DI depan Masjid Sultan Hasan Kairo |
Ada 3 kakak kelasku yang udah bertahun-tahun tinggal di Mesir, tapi belum pernah menginjak kan kaki ke masjid-masjid tersebut, jadi aku diminta untuk menjadi guide mereka, ya jadi guide tanpa bayaran lah…hehe. Tapi tak apa lah bisa nemenin mereka sampai ke tempat itu saja udah seneng banget. Bisa saling berbagi, berbagi apa…?? Ya berbagi capek lah, soalnya jalan kaki dari satu masjid ke masjid lainnya, jadinya mereka banyak ngeluh..hehe. Ya salah mereka juga sih, kan judulnya “Jalan-jalan” ya emang jalan kaki beneran deh jadinya…heheh. Tapi gak segitunya lah yang jelas berbagi pengalaman dan pengetahuan.
Bagi kami rihlah ke masjid-masjid bersejarah memberikan energi positi f tersendiri. Bagaimana tidak, bangunan yang dibangun ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, masih tampak kokoh berdiri di atas bumi Allah ini (Mesir) dan ini adalah bagian dari ayat-ayat Allah yang tersirat. Jika kita mampu membaca ayat-ayat Allah tersebut kita akan menjadi hamba yang selalu mengagungkan kebesaran dan kemahakuasaanNya. Itu salah satu dari hikmah kita membaca tanda-tanda kekuasaan Allah, tidak ada kekuasaan yang kita miliki, bahkan kita ini sama sekali tidak ada yang kemudian diadakan olehNya, maka tidak ada alasan untuk menyombongkan diri di hadapan Allah swt.
Dengan mengunjungi tempat-tempat yang bernilai sejarah ini, kita juga dapat mempelajari bagaimana kesungguhan dan kepedulian para pendahulu kita dalam menegakan islam, berjuang dengan sepenuh hati untuk menyebarkan risalah ini. Hal ini terbukti dengan dibangunnya masjid-masjid yang menjadi sentral kegiatan kaum muslimin ketika itu, karena masjid adalah rumah Allah baitullah, maka hamba-hamba yang masuk ke dalam rumah Allah adalah tamu-tamunya yang insya Allah juga dimuliakan olehNya.
Jika kita berkunjung ke masjid Sultan Hasan, maka akan kita temukan 4 bilik atau ruangan di dalam masjid tersebut yang dulunya digunakan sebagai tempat halaqah-halaqah ilmu. Ruangan tersebut memilki 4 nama yang di nisbatkan dengan nam-nama imam 4 Madzhab, ada ruangan Imam Hanafi, ruangan imam Malik, ruangan imam Syafi’i dan ruangan imam Hambali.
Masjid sulatan Hasan berdampingan dengan masjid imam Ali Ar-Rifa’i. masjid ini juga tidak kalah tuanya dengan masjid sultan Hasan. kebanyakan dari kita menamakan kedua masjid ini dengan sebutan masjid kembar, karena letaknya yang berdampingan dan bentuknya yang tidak jauh berbeda. Hal yang luar biasanya lagi, kedua masjid kuno tersebut masih dimanfaatkan untuk kegiatan ibadah sehari-hari, seperti shalat 5 waktu dan lain-lain. Jadi para pengunjung bisa menikmati shalat dengan suasana lawas seperti berada pada zaman dahulu. (hehe…lebay)
Setelah mengabadikan diri alias berfoto-foto ria di dua masjid ini, kami langsung menuju ke masjid Sultan Thalun yang berjarak kira-kira 1 Km dari masjid Sultan Hasan. Masjid ini adalah masjid tertua ke-3 yang berada di mesir. Walau sudah begitu tua, tapi khas nya masih terlihat jelas. Menara masjid ini terlihat unik dengan tinggi sekitar 30 meter dilengkapi dengan tangga melingkar sampai ke ujung menara. Setiap pengunjung diperbolehkan naik ke atas menara, jadi kita bisa melihat keindahan kota kairo dari atas menara tersebut.
Inilah Masjid Thalun tampak dari dalam. dan sebelah kanan ku itu menaranya |
Di masjid Thalun inilah aku bertemu dengan sobat lamaku ketika aku berada di Inggris dulu. Cie…cie….hahah (Astagfirullah bohong). Namanya Mustakim, aku kira dia orang Afrika karena warna kulitnya agak kehitam-hitaman, eh taunya dia orang Inggris, bahasa Inggrisnya keren banget (ya jelas lah, namanya juga orang Inggris) maksud gw bahasa Arabnya juga lumayan keren, dia mampu berbicara dengan baik menggunakan bahasa nenek moyangku (Bahasa Arab). Salut..salut..
Perjalanan kami tidak cukup sampai di Thalun. Selanjutnya kami menuju masjid Amru bin ‘Ash. Masjid tertua di Mesir dan Afrika, masjid ke-4 tertua di dalam Islam setelah masjid Quba, Nabawi, Basrah dan masjid tertua ke-6 di dunia setelah masjid Al-Aqsa, masjid Al-Haram, masjid Quba, masjid Nabawi, masjid Bashra. kira-kira seperti itu lah,..heheh
Masjid ini dibangun oleh sahabat nabi ‘Amru bin ‘Ash beserta beberapa orang sahabat lainnya ketika melakukan expansi Islam ke negeri Fir’aun ini, tepatnya di kota El-Fustat beberapa abad yang silam. Di setiap malam ke-27 Ramadhan masjid ini menjadi tempat yang sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat muslim Mesir khususnya dan muslim dunia pada umumnya, karena pada malam itu syeikh Jibril (Imam kebanggaan mereka) memimpin shalat taraweh dengan suaranya yang syahdu dan terkenal dengan Qunutnya yang lama.
Setelah melaksanakan shalat Asar berjama’ah di masjid ini, kami berbincang-bincang dengan Muhammad (orang Mesir) tentang keadaan umat muslim indonesia dan mesir dewasa ini, yang menarik bagiku adalah ketika berbincang-bincang dengannya dia terlihat faham betul dengan kondisi islam dan sejarah islam di Mesir ini, meskipun itu bukan jurusannya di perkuliahan. Setelah lama ngobrol bareng dia, kita akhirnya pamit karena waktu sudah semakin petang. Sebelum kami pulang dia minta foto bareng kita-kita, jadi kayak artis aja nih, hehe…
Bersama Muhammad (Ber jas) di Masjid Amru bin 'Ash |
Cairo, 21 September 2012
H-9, Rumah Riau.
0 komentar:
Posting Komentar