Cinta Rasul

Cinta Rasul

Sabtu, 15 September 2012

Syukur (Alhamdulillah)


Tanggal 29 Agustus 2012 adalah hari yang sangat bahagia bagiku. Setelah sekian lama menanti, kurang lebih hampir 2 bulan lamanya, akhirnya nilai ujianku turun juga, "Alhmdulillah, lakassyukru walakal hamdu ya Rabb" hanya kata-kata itu yang mampu terucap dari bibirku ketika mendengar namaku lulus dalam ujian tingkat 2 dan naik ke tingkat 3 di Universitas Al-Azhar Cairo.

Mungkin sebagian teman-teman yang kuliyah di Indonesia bertanya-tanya, kenapa bagi mahasiswa Azhar kelulusan di Azhar itu menjadi suatu hal yang sangat fenomenal? ceritanya panjang kawan, tapi yang jelas, ujian di Azhar tidak seprti ujian semester  yang ada di Universitas-universitas  di Indonesia. Di sini (Cairo) tidak ada sistem semester pendek, terus juga kalau misalnya gak lulus lebih dari 2 pelajaran maka tidak bisa naik tingkat dan harus ngulang 1 tahun lagi di tingkat atau semester yang sama. Bayangin jha coba seremnya…heheh, makanya gak heran sih, banyak diantara mahasiswa yang studi di sini bisa bertahun-tahun kayak si Azam KCB atau mungkin lebih dari itu.(Na'udzubillah)."Hmm, tu kan jadi panjang deh ceritanya, oke deh lanjut.

Rasa khawatir yang selama ini selalu menghantui fikiranku terjawab sudah, walau tidak mendapatkan predikat mumtaz (Istimewa) atau jayyid jiddan (Sangat baik) tapi minimal najah dengan nilaijayyid  (Baik) sudah merupakan nikmat terbesar bagiku. "Fa bi ayyi aalaa irabbikuma tikadziban ?

Hidup adalah belajar. Belajar untuk menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan, sungguh nikmat Allah sangat luas, rasanya suatu hal yang sangat mustahil bagi kita untuk bisa berada di dunia yang fana ini tanpa curahan rahmat dan nikmat dariNya, itulah sebabnya bersyukur menjadi perkara yang wajib bagi kita selaku hambaNya sebagai bentuk terimakasih kita kepada Sang Khaliq yaitu Allah ‘Azza wajalla.

Berbicara tentang syukur, ulama abad ke 8 Ibnul Qayyim pernah mengatakan, Syukur itu adalah “Al-I’tiraf bin ni’matil mun’im wa ‘ala wajhil khudu’ “  langkah pertama dari syukur itu adalah: Mengakui adanya nikmat itu sendiri. Contohnya kita najah (sukses) dalam imtihan (ujian), nah mengakui najah itu sebagai nikmat, itu adalah langkah syukur yang pertama. Contoh lain misalnya: kita memiliki mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara , kaki untuk berjalan dan lain sebagainya, mengakui adanya itu semua sebagai nikmat, itu merupakan tahapan syukur kita yang pertama.

Langkah berikutnya adalah: Meyakini bahwa nikmat itu dari Allah SWT. Kita meyakini bahwa nikmat yang kita rasakan berasal dari Allah SWT, dan mustahil jika tanpa seizinNya  kita bisa merasakan nikmat-nikmat tersebut. Ketika kita mengakui bahwa najah (sukses) itu adalah sebuah nikmat, maka kita juga meyakini bahwa tidak ada yang bisa memberikan nikmat najah itu kecuali Allah SWT, begitu juga halnya ketika kita mengetahui bahwa mata, telinga, mulut, kaki dan lain sebagainya itu sebagai nikmat, maka kita percaya bahwa tidak ada satupun yang bisa memberikan semua itu kecuali Allah‘Azza wajalla.

Kemudian langkah selanjutnya adalah: ‘Ala wajhil khudu’, Keberadaan nikmat tersebut menjadikan kita semakin tunduk dan taat kepada Allah SWT. Selain itu para ulama juga membagi syukur  dalam 3 tahapan, yang pertama: As-syukru bil qalbi (Syukur dengan hati), yaitu mengakui bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT, sehingga menjadikan dirinya semakin dekat dan cinta kepada Allah.

Kemudian yang ke-2 adalah: As-syukru bil lisan (Syukur dengan lisan/ucapan). Seorang hamba yang bersyukur kepada Allah ia akan selalu mengucapkan “Alhamdulillahirabbil ‘Alamin” atas segala nikmat yang ia rasakan.  Memuji Dzat yang telah memberikan nikmat tersebut, kemudian ia “Tahadduts bin ni’mah” sebagaimana yang Allah firmankan “Wa amma bini’mati rabbika fa haddits” menceritakan nikmat tersebut  kepada orang lain agar mereka dapat mengikuti kebaikan yang ia lakukan tanpa rasa riya dan takabbur.

Tahapan ke-3 adalah: As-syukru bil jawarih (Syukur dengan anggota tubuh/perbuatan) artinya adalah semua nikmat yang telah Allah berikan digunakan untuk hal-hal yang diridhai oleh Nya. Nikmat sehat yang ia miliki digunakan untuk meningkatkan amalan-amalan sunnah, dengan nikmat harta yang ia punya, Ia semakin rajin bersedekah dan masih banyak lagi amal perbuatan  yang dapat mendatangakn ridha Allah SWT.

Jika 3 dimensi  tersebut dapat kita lakukan, "Qalbu, lisan dan jawarih" kita selaras dan sejalan, maka janji Allah dalam Al-Qur’an akan kita dapatkan “Lain syakartum, la azidannakum, walain kafartum inna ‘adzabi lasyadid”  jika bersyukur dengan nikmatKu, maka akan Aku tambah, jika tidak pandai bersyukur atas nikmat dariKu, maka ketahuilah azabKu sangat pedih. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan hambaNya yang bersyukur  yang mampu menselaraskn Hati, lisan dan perbuatn  untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT, sehingga Allah tambahkan nikmat-nikmatnya dan dijauhkan dari segala azab dan siksanNya Amin. "Wallahua'lam bishawab"

Cairo, 30 Agustus 2012

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More