Sebahagian kita sering dibelenggu oleh persepsi buruk atau kekhawatiran terhadap sesuatu. Padahal sebenarnya tidak demikian juga, apa yang kita pikirkan dan khwatirkan belum tentu sama dengan apa yang akan terjadi, jadi hemat saya, kita terlalu menghabiskan waktu untuk memikirkan sesuatu yang bukan menjadi keputusan dan hak kita. Yakinlah semua perkiraan picik itu akan membuat diri kita menjadi orang yang terbelakang dan terbatas akan segala sesuatu.
Sebagai seorang mukmin kita berkeyakinan memiliki yang Maha atas segalnya, Dia lah yang memberi keputusan atas segala sesuatu. Dia lah yang Maha memberi. Kenapa keyakinan ini yang justru tidak kita mantap kan.? Coba kroscek diri kita, pernahkah kita meminta sesuatu yang tidak akan kita rasakan di dunia ini, atau pernahkah kita meminta "Akhirat" sekhusyuk kita meminta dunia?, meminta mobil, rumah mewah, jabatan, kekayaan, keuntungan dalam berdagang, dan lain-lain?. Misalkan saja, kita selalu meminta sesuatu terbatas dengan kemauan kita yang sifatnya mungkin sementara. kemudian ditambah lagi kita selalu berkata "saya cukup lah punya ini, atau itu, begini dan begitu", padahal Dia maha atas segala-galanya, bahkan lebih dari segala-galanya.
Oleh karenanya yang selama ini hanya menginginkan dan berharap "Dunia" ketahuilah, bahwa Allah memiliki dunia dan akhirat, Dia bisa memberikan kedua-duanya untuk mu, kenapa kamu tidak meminta "Dunia dan Akhirat" tersebut kepadaNy.?. "Man kana yuridu tsawaba ad dunya fa 'indallahi tsawabud ad dunya wal akhirah" yang ingin ganjaran dunia, ketahuilah bahwa Allah memiliki ganjaran dunia dan akhirat. Minta, minta dan minta kepadaNya. "Ud'uuni astajib lakum" memintalah kalian kepadaKu niscaya akan aku kabulkan.
Kemudian persepsi salah berikutnya adalah: Sebagian kita selalu kalah dengan perasaan. Bukan juga mengharuskan kita menjadi manusia yang tidak berperasaan, namun lebih kepada kesalahan dalam memposisikannya. Misalkan saja, "Untuk apa wanita kuliyah tinggi-tinggi, nanti ujung-ujungnya ke dapur juga, atau jadi ibu rumah tangga juga". Misalkan juga, ada orang tua yang berkata begini "untuk apa sekolah jauh, nanti kalo sakit susah, jauh dari keluarga, kemudian kalau seandainya meninggal di negeri orang susah ndak ada keluarga" dan macam-macm.
Bahkan tak sedikit diantara kita yang termakan oleh perkataan -perkataan seprti itu, kemudian membenarkannya. Menurut saya itu persepsi yang keliru. Kembali lagi ke awal, keteguhan hati seorang mukmin tidak bisa dikalahkan dengan sesuatu yang sifatnya menyalahi qada dan takdir Rabb nya. Itu sebabnya yang membuat sesorang berdiri kokoh adalah keyakinan dan keteguhan iman. Jika hati sudah mantab insya Allah untuk melangkah kedepan akan lebih tegap dan sigap.
Yuk mari kita lihat apa kata Al quran tentang itu: "Wa man yakhruj min baitihi muhajiran ilallah wa rasulihi tsumma yudrikhul mautu faqad waqa'a ajruhu 'alallah" yang keluar meninggalkan rumahnya (hijrah ke sesuatu yg lebih baik, karena Allah dan rasulnya, di jalan Allah ) kemudian maut menjemput, maka sungguh Allah tak kan kurangi sedikitpun ganjarannya. Lantas, kenapa kita mesti takut..??? yang takut hanya yang tidak yakin dan percaya.
Rasul juga menguatkan, "Man salaka thariqan yal tamisu fihi 'ilman, sahhalallahu lahu tariqan ilal jannah" yang keluar, berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan permudah jalannya menuju syurga. Lalu apalagi alasannya..??
"Ah, takut ah, takut jauh-jauh dari keluarga, nanti kalo sakit jauh dari keluarga, takut di akhir hayat tidak dekat keluarga". Semua sudah ada yang ngatur, kok jadi malah milih tempat sakit sama tempat mati. Allah jelas dan tegas untk masalah ini, bahwa tidak ada satupun yang tau perkara mati, di mana dan kapannya. "Ainama takunu yudrikkum al mautu walau kuntum fi burujin musyaiyadah" diamanpun kalian berada maut pasti akan menjemput, walaupun kalian berusaha untuk berlindung di tempat atau bangunan yang kokoh dan tinggi.
Ayat lain yang sejalan dengan itu, "wala tadri nafsun bi ayyi ardhin tamut" Seseorang tidak akan tau dimana tempat ia akan menghembuskan nafas terakhirnya, di tanah kelahirannya kah, atau di negaranya kah, atau bahkan di negara orang. Yang terpenting bagi kita adalah bukan dimana tempat kita meninggalkan dunia ini, tapi bagaimana kita mengakhirinya. "Husnul khatimah am suul khatimah" Akhir yang baik atau akhir yang buruk, kita selalu berdo'a semoga Allah memberikan akhir yg baik yang husnul khatimah kepada kita. Amin.
Juga dikuatkan di ayat yang lain, "Fa idza jaa ajaluhum la yasta'khiruuna sa'atan wala yastaqdimun" jika memang sudah tiba waktunya, tidak akan bisa ditunda barang sedetikpun. Jadi kenapa kita mesti takut dengan tempat dan waktunya.? yang perlu kita perhatikan adalah kesiapan kita untuk menghadapNya. Sudah yakinkah kita?
Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat memberikan pencerahan dan menguatkan keteguhan hati kita untuk terus melangkah di jalanNya. Tidak ada kata istirahat, selagi bisa, lakukan, selagi mampu, maka laksanakn. Jangan mau dipecundangi oleh pikiran-pikiran yang hanya dapat melumpuhkan impian kita. Yuk bismillah...
#Terinspirasi dari kisah teman-teman yang tidak boleh atau tidak mau keluar dari kampung halaman dalam menuntu ilmu dengan alasan yang bermacam-macam, baik itu karena keinginan diri sendiri atau memang karena orang tua. Saran saya, kalau penyebabnya adalah diri anda, semoga ini dapat menjadi masukan, namun jika memang karena orangtua, maka anda perlu memperhatikan lagi dan mencerna keinginan mereka, barangkali ada alasan lain yang membuat mereka tidak ingin melepas anda, maka mencobalah untuk menilai dan mempertimbangkannya. semoga Allah memberikan petunjuk mana yang baik yang harus kita lalui.. amin..
Istana Riau, 2 Maret 2014
Syafni Agmal
Sebagai seorang mukmin kita berkeyakinan memiliki yang Maha atas segalnya, Dia lah yang memberi keputusan atas segala sesuatu. Dia lah yang Maha memberi. Kenapa keyakinan ini yang justru tidak kita mantap kan.? Coba kroscek diri kita, pernahkah kita meminta sesuatu yang tidak akan kita rasakan di dunia ini, atau pernahkah kita meminta "Akhirat" sekhusyuk kita meminta dunia?, meminta mobil, rumah mewah, jabatan, kekayaan, keuntungan dalam berdagang, dan lain-lain?. Misalkan saja, kita selalu meminta sesuatu terbatas dengan kemauan kita yang sifatnya mungkin sementara. kemudian ditambah lagi kita selalu berkata "saya cukup lah punya ini, atau itu, begini dan begitu", padahal Dia maha atas segala-galanya, bahkan lebih dari segala-galanya.
Oleh karenanya yang selama ini hanya menginginkan dan berharap "Dunia" ketahuilah, bahwa Allah memiliki dunia dan akhirat, Dia bisa memberikan kedua-duanya untuk mu, kenapa kamu tidak meminta "Dunia dan Akhirat" tersebut kepadaNy.?. "Man kana yuridu tsawaba ad dunya fa 'indallahi tsawabud ad dunya wal akhirah" yang ingin ganjaran dunia, ketahuilah bahwa Allah memiliki ganjaran dunia dan akhirat. Minta, minta dan minta kepadaNya. "Ud'uuni astajib lakum" memintalah kalian kepadaKu niscaya akan aku kabulkan.
Kemudian persepsi salah berikutnya adalah: Sebagian kita selalu kalah dengan perasaan. Bukan juga mengharuskan kita menjadi manusia yang tidak berperasaan, namun lebih kepada kesalahan dalam memposisikannya. Misalkan saja, "Untuk apa wanita kuliyah tinggi-tinggi, nanti ujung-ujungnya ke dapur juga, atau jadi ibu rumah tangga juga". Misalkan juga, ada orang tua yang berkata begini "untuk apa sekolah jauh, nanti kalo sakit susah, jauh dari keluarga, kemudian kalau seandainya meninggal di negeri orang susah ndak ada keluarga" dan macam-macm.
Bahkan tak sedikit diantara kita yang termakan oleh perkataan -perkataan seprti itu, kemudian membenarkannya. Menurut saya itu persepsi yang keliru. Kembali lagi ke awal, keteguhan hati seorang mukmin tidak bisa dikalahkan dengan sesuatu yang sifatnya menyalahi qada dan takdir Rabb nya. Itu sebabnya yang membuat sesorang berdiri kokoh adalah keyakinan dan keteguhan iman. Jika hati sudah mantab insya Allah untuk melangkah kedepan akan lebih tegap dan sigap.
Yuk mari kita lihat apa kata Al quran tentang itu: "Wa man yakhruj min baitihi muhajiran ilallah wa rasulihi tsumma yudrikhul mautu faqad waqa'a ajruhu 'alallah" yang keluar meninggalkan rumahnya (hijrah ke sesuatu yg lebih baik, karena Allah dan rasulnya, di jalan Allah ) kemudian maut menjemput, maka sungguh Allah tak kan kurangi sedikitpun ganjarannya. Lantas, kenapa kita mesti takut..??? yang takut hanya yang tidak yakin dan percaya.
Rasul juga menguatkan, "Man salaka thariqan yal tamisu fihi 'ilman, sahhalallahu lahu tariqan ilal jannah" yang keluar, berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan permudah jalannya menuju syurga. Lalu apalagi alasannya..??
"Ah, takut ah, takut jauh-jauh dari keluarga, nanti kalo sakit jauh dari keluarga, takut di akhir hayat tidak dekat keluarga". Semua sudah ada yang ngatur, kok jadi malah milih tempat sakit sama tempat mati. Allah jelas dan tegas untk masalah ini, bahwa tidak ada satupun yang tau perkara mati, di mana dan kapannya. "Ainama takunu yudrikkum al mautu walau kuntum fi burujin musyaiyadah" diamanpun kalian berada maut pasti akan menjemput, walaupun kalian berusaha untuk berlindung di tempat atau bangunan yang kokoh dan tinggi.
Ayat lain yang sejalan dengan itu, "wala tadri nafsun bi ayyi ardhin tamut" Seseorang tidak akan tau dimana tempat ia akan menghembuskan nafas terakhirnya, di tanah kelahirannya kah, atau di negaranya kah, atau bahkan di negara orang. Yang terpenting bagi kita adalah bukan dimana tempat kita meninggalkan dunia ini, tapi bagaimana kita mengakhirinya. "Husnul khatimah am suul khatimah" Akhir yang baik atau akhir yang buruk, kita selalu berdo'a semoga Allah memberikan akhir yg baik yang husnul khatimah kepada kita. Amin.
Juga dikuatkan di ayat yang lain, "Fa idza jaa ajaluhum la yasta'khiruuna sa'atan wala yastaqdimun" jika memang sudah tiba waktunya, tidak akan bisa ditunda barang sedetikpun. Jadi kenapa kita mesti takut dengan tempat dan waktunya.? yang perlu kita perhatikan adalah kesiapan kita untuk menghadapNya. Sudah yakinkah kita?
Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat memberikan pencerahan dan menguatkan keteguhan hati kita untuk terus melangkah di jalanNya. Tidak ada kata istirahat, selagi bisa, lakukan, selagi mampu, maka laksanakn. Jangan mau dipecundangi oleh pikiran-pikiran yang hanya dapat melumpuhkan impian kita. Yuk bismillah...
#Terinspirasi dari kisah teman-teman yang tidak boleh atau tidak mau keluar dari kampung halaman dalam menuntu ilmu dengan alasan yang bermacam-macam, baik itu karena keinginan diri sendiri atau memang karena orang tua. Saran saya, kalau penyebabnya adalah diri anda, semoga ini dapat menjadi masukan, namun jika memang karena orangtua, maka anda perlu memperhatikan lagi dan mencerna keinginan mereka, barangkali ada alasan lain yang membuat mereka tidak ingin melepas anda, maka mencobalah untuk menilai dan mempertimbangkannya. semoga Allah memberikan petunjuk mana yang baik yang harus kita lalui.. amin..
Istana Riau, 2 Maret 2014
Syafni Agmal
0 komentar:
Posting Komentar