Cinta Rasul

Cinta Rasul

Kamis, 27 Februari 2014

Membumikan Alquran

Bagi seorang Muslim Al quran adalah pusaka yang dijadikan pedoman dalam kehidupan. Bisa dikatakan juga sebagai buku petunjuk menuju jalan yang benar. Jika seseorang faham dan mengerti betul tentang isi Al-Quran insya Allah akan selamat dalam menjalni hidup di dunia ini. namun jika ditanya apakah cukup dengan Al quran saja, sudah barang tentu tidak, karena dalam islam ada 2 sumber utama yaitu Al quran dan Al hadits. Keduanya tidak bisa dipisahkan, bahkan seperti tangkai sebilah pisau, jika hilang maka kita akan kesulitan untuk menggunakannya. 

Menjadikan Al quran sebagai sahabat atau pegangan dalam kehidupan adalah sesuatu yang mutlaq bagi kita. Semestinya kita lebih sering menghabiskan waktu dengannya, bukan dengan yang lainnya apalagi jika sesuatu itu tidak bermanfaat dan sampai merusak. Kenapa..? karena biasanya ketika kita tidak menyibukan diri dengan sesuatu yang bermanfaat maka kita akan disibukan oleh sesuatu yang dapat merusak dan merugikan kita. 

Nah, berbicara mengenai Al quran memang tidak akan pernah ada habisnya, terlalu luas. Mungkin kita baru secuil mengetahui dan memperlajri Al quran, tidak mengapa, yang penting ada keinginan bagi kita untuk mempelajarinya, itu lebih baik daripada tidak sama sekali. "Khairukum man ta'allamal qurana wa 'allamahu" sebaik-baiknya kalian adalah yang mempelajari Al quran dan yang mengajarkannya. 

Kewajiban kita adalah mempelajari dan mengajarkannya. Mungkin untuk saat ini tugas utama kita adalah mempelajari dengan serius dan sungguh-sungguh, sehingga kemudian hari kita sudah memiliki bekal untuk mengajarkan kepada yang lain. 

Pemandangan yang indah di negeri ini (Mesir). Pengalamanku; di sini, tidak ada satu haripun suasana yang berlalu tanpa Al quran, hampir setiap hari bahkan setiap waktu aku merasakan susana itu. Misalnya saja di Bus, Angkot, Supermarket, toko-toko, pasar, dan lain-lain. "Membumikan Al quran" mungkin kata-kata tersebut tepat untuk negeri para nabi ini. 

Dulu aku pernah mendengar bahwa di Tanah kelahiranku sana (Riau) ada salah satu cita-cita pemerintah Riau untuk "Membumikan Al quran di Tanah Melayu". Semoga ini bukan sekedar semboyan ataupun cita-cita yang terkubur dalam di tengah perjalanan. Mudah-mudahan cita-cita ini tetap ada, dan bisa dibuktikan kepada khalayak dan umat, bahwa negeri kita tidak sekedar bisa bermimpi, namun lebih dari itu kita bekerja untuk mewujudkan mimpi itu.  Mungkin ini bukan hanya keinginan daerah saja, tapi tentu juga menjadi cita-cita bangsa Indonesia.

Anak-anak kecil yang hafal Al quran tidak asing lagi kita temui di sini. Mereka benar-benar dididik sejak kecil. Ini fenomena yang jarang atau mungkin satu dua yang kita temui di negara kita sana (Indonesia). Orang tua benar-benar memperhatikan anak-anaknya, karena mungkin mereka sadar betul bahwa menjaga agama dan negara adalah tugas mereka dengan menyiapkan generasi-generasi yang tangguh tidak hanya secara keilmuan, tapi juga secara akhlaq dan keimanan. 

Nah, barangkali konsep itu bisa kita lihat dari negeri 1000 menara ini. Betapa aku merasakan semboyan "Membumikan Al quran" itu terasa di sini. Mendidik generasi qurani sedari dini. Memiliki guru-guru Quran yang berkompeten, mentradisikan Al quran di tempat-tempat umum dan lain sebagainya. Pemandangan seperti ini dapat membangkitkan semangat sekaligus menyadarkan diri akan kekurangan dan kelalaian selama ini. 

Keberadaan ku di negeri yang kaya akan ilmu agama ini rasanya sayang untuk dilewatkan begitu saja. Mungkin kesempatan seperti mereka sudah saatnya untuk aku miliki. Apa yang menjadi niat baik kita harus kita realisasikan secepatnya, bukan masalah bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau.
 
Syeikh Walid, guru tahfidz ku yang masih terbilang muda, beliau menuntaskan hafalan Qurannya hanya dalam kurun waktu 3 bulan saja, kemudian selebihnya ia gunakan untuk mengulang-ngulang hafalannya. Sehingga tidak heran jika hafalan mereka begitu kuat dan lengket, karena seringnya mengulang-ulang hafalan tersebut.

suatu saat aku merasa bahwa kesibukan menjadi alasan kenapa sulit untuk menghafal, sebenarnya tidak juga demikian, karena ketika ku bertanya kepada beliau "bagaimna caranya agar bisa fokus dan lebih banyak lagi dalam menghafal" beliau menjawabnya dengan beberapa tips dan pesan, seperti berikut ini:

1. Menghafal dengan cara mendengar. Mendengar rekaman murottal dan sejenisnya.
2. Barengi kesibukanmu dengan Al quran. Seperti ketika makan, ketika di bus, ketika memasak mungkin, ketika akan istirahat malam, dll.
3. Jika siang hari memang benar-benar sibuk, manfaatkan waktu malam untuk menghafal dan fokus dengan Al quran. Misalnya kamu bisa memulai menghafal setelah isya dan seterusnya.
4. Agar lebih kuat dan lengket usahakan ulangi hafalan yang sudah dihafal  ke dalam bacaan shalat, setiap shalat 5 waktu dan shalat-shalat sunnah lainya. 


Hanya sekedar tulisan sederhana, ungkapan hati dan pengalaman di negeri ini, aku merasa sayang untuk melewati hari-hari selama di sini tanpa menuangkannya dalam bentuk cerita dan tulisan sederhana. Semoga bermanfaat bagi kita semua. 

Ini wajah masa depan Riau dan Indonesia, Insya Allah kami siap untuk membumikan Al quran di tanah Melayu
(Teman-teman Riau sedang belajar tahsin qiroah)

ya Rabb, berikan aku keteguhan hati dan iman untuk tetap berada di jalanMu

Alhamdulillah dapat sanad tahsin qiroah hafz dan Syu'bah, usaha itu sudah menuaikan hasil, walaupun masih sangat sedikit. Semoga bisa belajar lebih dalam lagi.

Selasa, 11 Februari 2014

Apa yang Paling Berharga Dalam Hidup Anda ?

Ketika seseorang ditanya, "apa yang paling berharga dalam hidup anda..? masing-masing menjawab dengan versi jawaban yang berbeda-beda, ada yang mengatakan, yang paling berharga adalah uang yang banyak, mobil mewah, anak, keluarga, istri, namun yang menakjubkan adalah ada segolongan manusia yang mengatakan bahwa "waktu" adalah sesuatu yang paling berharga baginya. Ini yang pernah diungkapkan oleh imam Al-hasan Al-Bashri "saya pernah menemukn beberapa kaum yang mana meraka sangat-sangat mnjaga dan menghargai waktu mereka lebih dari pada kalian menjaga harta (dirham/dinar) kalian sendiri".

Waktu memang sangat-sangat berharga bagi kita semua. Bahkan orang yang benar-benar sadar akan waktunya menganggap bahwa waktu lebih berharga dari hartanya, lebih mahal dari emas dan berliannya. Pergunakan waktu sebaik mungkin, karena hidup kita juga bagian dari perjalanan waktu. Bahkan ketika kita berbicara umur dan jatah hidup, kita akan berbicara waktu. Imam Hasan Al basri juga pernah mengingatkan "kita adalah kumpulan hari-hari, ketika hari-hari tersebut pergi dan berlalu, maka berkurang pulalah sisa umur kita". 

Ketahuilah bahwa di akhirat nanti kita akan dimintai pertanggungjawaban atas umur yang sudah kita habiskan di dunia ini. kita tidak akan bisa lari dari pertanyaan ini "Umurmu engkau habiskan untuk apa.?" jawabannya tidak perlu dihafal dari sejak dini, hanya perlu dipersiapkan dengan perbuatan (amal soleh). Perlu kita fahami bahwa pada hari itu segala bentuk amal perbuatan akan diperlihatkan.  Tangan akan berbicara, kaki akan bersaksi, sedangkan mulut hanya kaku dan membisu. "wa tukallimuna aydihim wa tasyhadu arjuluhum bima kanu yaksibun".

Kembali berbicara waktu.  Dalam surah Al-Rum ayat 54, Allah berfirman:

الله الذي خلقكم من ضعف ثم جعل من بعد ضعف قوة ثم جعل من بعد قوة ضعفا و شيبة ( الروم )54

Dari ayat tersebut, Allah seolah membagi fase kehidupan manusia menjadi 3 bagian. Pertama: Masa kanak-kanak, kemudian dewasa dan setelah itu masa tua. Pada fase pertama manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, kemudian di fase kedua Allah berikan kekuatan dan setelah itu menginjak fase ketiga Allah jadikan lemah kembali. Dari ayat tersebut ada 1 fase dimana manusia diberi kekuatan dan menjadi simbol kekuatan, yaitu masa muda. Itu sebabnya pemuda selalu menjadi simbol kekuatan, penggerak utama dalam setiap perjuangan. 

Ulama terkemuka Syeikh Yusuf Al Qardhawi pernah mengatakan "As syabab sarwatul ummah", pemuda adalah kekayaan (harta) umat islam. Artinya sejarah mencatat bahwa pemuda sangat berperan penting perjuangan islam. Sebut saja Muhammad Al Fatih yang menaklukkan Konstantinopel pada umurnya yang kurang lebih 23 tahun.

Masa muda ini selalu menjadi perhatian khusus di dalam islam. Diantaranya ada hadist yang menjelaskan bahwa ada 7 golongan yang akan mendapatkan perlindungan dari Allah swt pada hari akhir nanti dimana tidak ada satupun perlindungan kecuali dariNya, nah salah satu dari 7 golongan tersebut adalah "pemuda" yang hatinya selalu terpaut dengan masjid (rojulun qolbuhu muta'alliqun bil masajid).  Kemudian di lain riwayat disebutkan bahwa pada hari akhir nanti manusia akan ditanya tentang kehidupan masa mudanya. (umurnya).

Oleh karenanya sebelum terlambat, jangan tunggu penyesalan mampir ketika waktu yang dijanjikan telah tiba. Semoga kita bisa menjadi orang yang senantiasa menjaga waktu dan memanfaatkannya dengan baik. amin..

Keikhlasan atau Bayaran..?

Beberapa tahun silam saya pernah menonton sebuah filem yang berjudul "Kiamat sudah dekat". Saya rasa teman-teman juga sudah menyaksikan alur cerita dari filem tersebut kan.? Ada cerita unik di dalamnya, di mana si rocker naksir dengan seorang putri cantik anak pak haji, namun ketika ia ngin melamar, si Haji memberikan syarat agar si Fandi (rocker) menguasai ilmu "ikhlas" terlebih dahulu. Menariknya si rocker tak tau apa sebenarnya ilmu ikhlas itu, setelah berusaha maksimal akhirnya si Fandi menyerah dan merelakan si Sarah (anak pak Haji) menikah dengan laki-laki lain. Si Haji tersontak kagum dengan sikap si rocker yang merelakan putrinya menikah dengan orang lain, menurut pak Haji si rocker (Fandi) sudah menguasai ilmu ikhlas yang dia syaratkan. Endingnya si Rocker alias Fandi pun diizinkan menikahi putrinya.

Cerita diatas hanya sekedar pengantar atau pembuka atau mungkin sekedar intermezo saja. Saya tidak inigin memperpanjang cerita yang ada di filem tersebut, karena sayabukan seorang pengamat filem,  juga bukan sedang ingin membahasnya. hehe.. Saya hanya ingin mencoba untuk menuangkan apayang saya ketahui tentang makna "Ikhlas" tersebut.

Ikhlasitu pada hakikatnya adalah "kekuatan iamn". Bila berbicra iman,  puncaknya adalah Allah swt.  Banyak sekali ayat didalam Al quran yang berbicara tentang "Ikhlas" diantaranya dalamsurah Al Bayyinah ayat 5, dalam surah Al Kahfi ayat 11 dan lain-lain. Berbicara tentang ikhlas, Rasulullah saw juga sudah menjelaskannya  dalam sebuah hadis. Hadits ini menjadi hadits pembuka dalam kumpulan hadits arba'in yang kita semua rata-rata hafal dengan lafal hadist tersebut, ma nawa"Innama al a'malu bin niyat, wa innama likulliimriin ", semua bentuk amal perbuatan tergantung kepada niatnya, jika niatnya karena Allah makaakan diberikan pahala atasnya.

Kemudian pertanyaan adalah bagaimana mengkategorikan perbuatan atau amal yang ihklas.? Segala bentuk amal perbuatan tidak diterima oleh Allah dan tidak dicatat sebagai bentuk kebaikan, kecuali ada 2 kriteria /ketentuan yang terdapat di dalamnya. Pertama: Perbuatan tersebut dibenarkan oleh syariat (ajaran islam), lingkupannya sangat luas sekali, misalnya tolong menolong dalam hal kebaikan, saling mengingatkan dalam kebaikan, membantu saudara seiman yang sedang ditimpa musibah, menghormati dan menghargai tamu,toleransi dalam beragama, saling harga menghargai dan lain sebagainya.

Kemudian yang kedua adalah: Harus dilakukan dengan niat yang ikhlas (Hanya mengharap ridha Allah swt), bukan karena ingin mendaptkan ganjaran, atau ucapan terimakasih dari yang lain. Itu sebabnya orang yang riya dalam beramal tidak diterima oleh Allah swt. atau membantu orang lain,tapi menyakitkan perasaan orang tersebut juga tidak diperkenankan oleh Allah swt, hal ini sejalan dengan ayat Allah dalam surah Al baqarah ayat 263"Qaulun ma'rufun wa magfiratun khairun min sadaqatin yatba'uha adza" Perkataan yang baik, lemah lembut, santun, itu lebih baik dari pada sedekah tapi menyakitkan perasaan orang lain.

Kedua unsur  tersebut mesti ada dalam setiap amal perbuatan seseorang. Jika salah satunya cacat atau hilang, maka tentu tidak diterima olehAllah swt. Misalkan saja seseorang melakukan sesuatu dengan penuh keihklasan, yang tertancap di lubuk hatinya benar-benar karena Allah semata, tapi yang ia lakukan itu bertentangan dengan ajaran islam, tentu perbuatan tersebut tidak diterima di sisi Allah, demikian halnya juga, ketika seseorang melakukan sesuatu yang baik, sesuai dengan ajaran islam namun tidak dibarengi dengan niat karena Allah, maka amal perbuatannya terhitung cacat dan sia-sia.

Fudhail bin 'iyadh (salafuna as shalih ulamatasawuf abad ke-2 Hijriayah) pernah ditanya tentang makna "ahsanu 'amala" yang terdapat dalam surah Al mulk ayat 2 "liyabluakum ayyukum ahsanu'amalan". Beliau menjelaskan bahwa makna "ahsanul 'amal" adalah amal yang dikerjakan dengan penuh keihklasan, dan yang dibenarkan oleh syariat (ajaran islam). Jika perbuatan dikerjakan dengan penuh keihklasan namun tidak dibenarkn oleh syari'at atau ajaran islam, maka amal tersebut tidak diterima, demikian juga sebaliknya.

Lebih jelas lagi beliau menambahkan bahwa ikhlas itu adalah sesuatu yang dilakukan karena Allah, dan kebenaran itu adalah sesuatu yang bersumber dari Allah (syari'at yang telah ditetapkan). Kemudian Allah swt menjelaskan di akhir surat Al Kahfi "faman kana yarju liqo'arabbih fal ya'mal 'amalan shalihan wala yusyrik bi'ibadati rabbihi ahada", barang siapa yang ingin bertemu dengan Rabbnya hendaklah ia mempersiapkan diri dengan amal shalih dan janganlah sekali-kali menyekutukanNya.

Perlu diketahuai, bahwa menyeru kepada kebaikan atau berdakwah adalah perbuatan atau amal shalih yang paling utama. Nah posisi kita sebagai seorang mukmin seyogyanya bisa memberikan pencerahan dan sinar kebaikan kepadasiapa saja yang ada di sekeliling kita.

Sahabat-sahabat semua yang saya cintai karena Allah, Sebelum saya mengakhiri tulisan sederhana ini, saya ingin lebih mengajak kita semua terkhusus para da'i untuk benar- benar menyadari akan pentingnya posisi kita saat ini, karena itu sangat menentukan nasib perjuangan dakwah kita di masa depan. Saya akan menyampaikan pesan singkat yang pernah disampaikan oleh syeikh 'Abdullah nasih 'unwan melalui tulisannya.
 
Pertama: Mulailah setiap dakwah kita dengan niat hanya karena Allah swt semata. Kedua: Jadikan semua perbuatan dan cara bersosial kita dengan masyarakat sesuai dengan ajaran islam (yang diajarkan oleh Rasulullah). Ketiga: Senantiasa muhasabah diri, introspeksi diri.  Barangkali kita perlu bertanya pada diri kita masing-masing, apa tujuan saya berdakwah? Apa yang saya inginkan dari dakwah ini.?. Keempat: Mari kita perhatikan segala bentuk tindakan dan prilaku kita, apakah semuanya sudah sesuai dengan apa yang kita katakana? sehingga kita terhindar dari golongan orang-orang yang "Kaburo maqtan 'indallah antaqulu ma la taf'alun" yang perbuatannya tidak sesuai dengan perkataannya. Dan yang terakhir, yang kelima adalah: Mari menghindar dari tipu daya setan yang dapat merusak nilai dakwah kita, yang selalu mengundang hawa nafsu untuk melakukan keburukan, rasa ujub, riya dan lain sebagainya yang itu akan menjadi fitnah bagi diri kita sendiri. 

Dari 5 poin di atas barangkali point terakhir menjadi problem yang sangat sakral bagi para da'i. Tipu daya setan banyak menjebloskan para pendakwah kita. Realita dihadapkan, fikiran berkecamuk antara keihklasan atau bayaran. Tujuan dakwahs pontan berubah, berdakwah menjadi profesi untuk mencari penghidupan, memasok tarif dan bayaran, sehingga umat merasa kesulitan. Para pendakwah kita terkena racun ujub dan riya, saling berlomba-lomba memperkaya harta, sampai-sampai diliput oleh media. Semua orang kini menjadi bertanya-tanya, apa sebenarnya tujuan ia berdakwah..???

Jika 5 pesan di atas dapat kita jalani, insya Alah kita akan menjadi da'i-da'i yang mukhlis dalam berdakwah, senantiasa menjaga niat karena Allah. Dengan demikian insya Allah dakwah kita akan menghasilkan perubahan yang lebih baik. Yang perlu kita yakini bahwa keikhlasan dalam berdakwah akan menorehkan hasil yang baik dan positif terhadap umat dan masyarakat.

Terakhir, kepada Allah sajalah kita memohon ampun dan pertolongan agar dimudahkan segala urusan dan diberkati setiap langkah perjuangan, Amin…

*Pesan ini khusus untuk diri saya pribadi, agar selalu ingat tujuan dalam menjalankan amanah dari Allah ini.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More