Cinta Rasul

Cinta Rasul

Selasa, 11 Februari 2014

Keikhlasan atau Bayaran..?

Beberapa tahun silam saya pernah menonton sebuah filem yang berjudul "Kiamat sudah dekat". Saya rasa teman-teman juga sudah menyaksikan alur cerita dari filem tersebut kan.? Ada cerita unik di dalamnya, di mana si rocker naksir dengan seorang putri cantik anak pak haji, namun ketika ia ngin melamar, si Haji memberikan syarat agar si Fandi (rocker) menguasai ilmu "ikhlas" terlebih dahulu. Menariknya si rocker tak tau apa sebenarnya ilmu ikhlas itu, setelah berusaha maksimal akhirnya si Fandi menyerah dan merelakan si Sarah (anak pak Haji) menikah dengan laki-laki lain. Si Haji tersontak kagum dengan sikap si rocker yang merelakan putrinya menikah dengan orang lain, menurut pak Haji si rocker (Fandi) sudah menguasai ilmu ikhlas yang dia syaratkan. Endingnya si Rocker alias Fandi pun diizinkan menikahi putrinya.

Cerita diatas hanya sekedar pengantar atau pembuka atau mungkin sekedar intermezo saja. Saya tidak inigin memperpanjang cerita yang ada di filem tersebut, karena sayabukan seorang pengamat filem,  juga bukan sedang ingin membahasnya. hehe.. Saya hanya ingin mencoba untuk menuangkan apayang saya ketahui tentang makna "Ikhlas" tersebut.

Ikhlasitu pada hakikatnya adalah "kekuatan iamn". Bila berbicra iman,  puncaknya adalah Allah swt.  Banyak sekali ayat didalam Al quran yang berbicara tentang "Ikhlas" diantaranya dalamsurah Al Bayyinah ayat 5, dalam surah Al Kahfi ayat 11 dan lain-lain. Berbicara tentang ikhlas, Rasulullah saw juga sudah menjelaskannya  dalam sebuah hadis. Hadits ini menjadi hadits pembuka dalam kumpulan hadits arba'in yang kita semua rata-rata hafal dengan lafal hadist tersebut, ma nawa"Innama al a'malu bin niyat, wa innama likulliimriin ", semua bentuk amal perbuatan tergantung kepada niatnya, jika niatnya karena Allah makaakan diberikan pahala atasnya.

Kemudian pertanyaan adalah bagaimana mengkategorikan perbuatan atau amal yang ihklas.? Segala bentuk amal perbuatan tidak diterima oleh Allah dan tidak dicatat sebagai bentuk kebaikan, kecuali ada 2 kriteria /ketentuan yang terdapat di dalamnya. Pertama: Perbuatan tersebut dibenarkan oleh syariat (ajaran islam), lingkupannya sangat luas sekali, misalnya tolong menolong dalam hal kebaikan, saling mengingatkan dalam kebaikan, membantu saudara seiman yang sedang ditimpa musibah, menghormati dan menghargai tamu,toleransi dalam beragama, saling harga menghargai dan lain sebagainya.

Kemudian yang kedua adalah: Harus dilakukan dengan niat yang ikhlas (Hanya mengharap ridha Allah swt), bukan karena ingin mendaptkan ganjaran, atau ucapan terimakasih dari yang lain. Itu sebabnya orang yang riya dalam beramal tidak diterima oleh Allah swt. atau membantu orang lain,tapi menyakitkan perasaan orang tersebut juga tidak diperkenankan oleh Allah swt, hal ini sejalan dengan ayat Allah dalam surah Al baqarah ayat 263"Qaulun ma'rufun wa magfiratun khairun min sadaqatin yatba'uha adza" Perkataan yang baik, lemah lembut, santun, itu lebih baik dari pada sedekah tapi menyakitkan perasaan orang lain.

Kedua unsur  tersebut mesti ada dalam setiap amal perbuatan seseorang. Jika salah satunya cacat atau hilang, maka tentu tidak diterima olehAllah swt. Misalkan saja seseorang melakukan sesuatu dengan penuh keihklasan, yang tertancap di lubuk hatinya benar-benar karena Allah semata, tapi yang ia lakukan itu bertentangan dengan ajaran islam, tentu perbuatan tersebut tidak diterima di sisi Allah, demikian halnya juga, ketika seseorang melakukan sesuatu yang baik, sesuai dengan ajaran islam namun tidak dibarengi dengan niat karena Allah, maka amal perbuatannya terhitung cacat dan sia-sia.

Fudhail bin 'iyadh (salafuna as shalih ulamatasawuf abad ke-2 Hijriayah) pernah ditanya tentang makna "ahsanu 'amala" yang terdapat dalam surah Al mulk ayat 2 "liyabluakum ayyukum ahsanu'amalan". Beliau menjelaskan bahwa makna "ahsanul 'amal" adalah amal yang dikerjakan dengan penuh keihklasan, dan yang dibenarkan oleh syariat (ajaran islam). Jika perbuatan dikerjakan dengan penuh keihklasan namun tidak dibenarkn oleh syari'at atau ajaran islam, maka amal tersebut tidak diterima, demikian juga sebaliknya.

Lebih jelas lagi beliau menambahkan bahwa ikhlas itu adalah sesuatu yang dilakukan karena Allah, dan kebenaran itu adalah sesuatu yang bersumber dari Allah (syari'at yang telah ditetapkan). Kemudian Allah swt menjelaskan di akhir surat Al Kahfi "faman kana yarju liqo'arabbih fal ya'mal 'amalan shalihan wala yusyrik bi'ibadati rabbihi ahada", barang siapa yang ingin bertemu dengan Rabbnya hendaklah ia mempersiapkan diri dengan amal shalih dan janganlah sekali-kali menyekutukanNya.

Perlu diketahuai, bahwa menyeru kepada kebaikan atau berdakwah adalah perbuatan atau amal shalih yang paling utama. Nah posisi kita sebagai seorang mukmin seyogyanya bisa memberikan pencerahan dan sinar kebaikan kepadasiapa saja yang ada di sekeliling kita.

Sahabat-sahabat semua yang saya cintai karena Allah, Sebelum saya mengakhiri tulisan sederhana ini, saya ingin lebih mengajak kita semua terkhusus para da'i untuk benar- benar menyadari akan pentingnya posisi kita saat ini, karena itu sangat menentukan nasib perjuangan dakwah kita di masa depan. Saya akan menyampaikan pesan singkat yang pernah disampaikan oleh syeikh 'Abdullah nasih 'unwan melalui tulisannya.
 
Pertama: Mulailah setiap dakwah kita dengan niat hanya karena Allah swt semata. Kedua: Jadikan semua perbuatan dan cara bersosial kita dengan masyarakat sesuai dengan ajaran islam (yang diajarkan oleh Rasulullah). Ketiga: Senantiasa muhasabah diri, introspeksi diri.  Barangkali kita perlu bertanya pada diri kita masing-masing, apa tujuan saya berdakwah? Apa yang saya inginkan dari dakwah ini.?. Keempat: Mari kita perhatikan segala bentuk tindakan dan prilaku kita, apakah semuanya sudah sesuai dengan apa yang kita katakana? sehingga kita terhindar dari golongan orang-orang yang "Kaburo maqtan 'indallah antaqulu ma la taf'alun" yang perbuatannya tidak sesuai dengan perkataannya. Dan yang terakhir, yang kelima adalah: Mari menghindar dari tipu daya setan yang dapat merusak nilai dakwah kita, yang selalu mengundang hawa nafsu untuk melakukan keburukan, rasa ujub, riya dan lain sebagainya yang itu akan menjadi fitnah bagi diri kita sendiri. 

Dari 5 poin di atas barangkali point terakhir menjadi problem yang sangat sakral bagi para da'i. Tipu daya setan banyak menjebloskan para pendakwah kita. Realita dihadapkan, fikiran berkecamuk antara keihklasan atau bayaran. Tujuan dakwahs pontan berubah, berdakwah menjadi profesi untuk mencari penghidupan, memasok tarif dan bayaran, sehingga umat merasa kesulitan. Para pendakwah kita terkena racun ujub dan riya, saling berlomba-lomba memperkaya harta, sampai-sampai diliput oleh media. Semua orang kini menjadi bertanya-tanya, apa sebenarnya tujuan ia berdakwah..???

Jika 5 pesan di atas dapat kita jalani, insya Alah kita akan menjadi da'i-da'i yang mukhlis dalam berdakwah, senantiasa menjaga niat karena Allah. Dengan demikian insya Allah dakwah kita akan menghasilkan perubahan yang lebih baik. Yang perlu kita yakini bahwa keikhlasan dalam berdakwah akan menorehkan hasil yang baik dan positif terhadap umat dan masyarakat.

Terakhir, kepada Allah sajalah kita memohon ampun dan pertolongan agar dimudahkan segala urusan dan diberkati setiap langkah perjuangan, Amin…

*Pesan ini khusus untuk diri saya pribadi, agar selalu ingat tujuan dalam menjalankan amanah dari Allah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More