Cinta Rasul

Cinta Rasul

Senin, 01 Oktober 2012

Peran dan Tantangan Alumni Mesir di Riau

"Coffee Moring KSMR". Ini adalah program terbaru KSMR (Kelompok Studi Mahasiswa Riau-Mesir) periode 2012-2013. Program ini dikemas dalam bentuk bincang santai dengan tujuan untuk saling sharing ide demi kemajuan KSMR dan Riau ke depannya. Disamping itu, program ini juga bertujuan untuk membahas masalah-masalah kekinian, terutama yang berasal dari daerah tempat tinggal kita (Riau-Kepri). Coffee morning ini juga merupakan wadah silaturahim antara warga KSMR yang ada di Mesir. Sehingga diharapkan dengan adanya program Coffee Morning ini, kami (Mahasiswa Riau yang sedang menuntut ilmu di Mesir) dapat memberikan kontribusi positif bagi Riau nantinya.

Menjadi Moderator Dalam Acara Coffee Morning
Coffee Morning KSMR 29/09/2012 berbicara seputar "Peran dan Tantangan Alumni Mesir di Indonesia (Riau)".
Dari tema di atas, ada 2 kata kunci yang menjadi pembahasan utama kami. Pertama kata “Peran” dan yang kedua adalah kata “Tantangan”.

1. Peran

Peranan seseorang dapat menjadi penentu (hasil akhir) sebuah perjuangan. Ketika peran tersebut  dimainkan oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya, kemudian ia lakukan sesuai dengan perannya, maka akan menorehkan hasil yang maksimal. Begitu juga dengan dakwah ini. ketika dakwah dihandle oleh da’i yang mapan (baik secara ilmu dan amal) maka insya Allah hasilnya juga akan maksimal.

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang peranan penting alumni Mesir di Indonesia terkhusus di daerah Riau dan Kepri, ada baiknya kita sedikit memahami apa dan seberapa penting  status kita sebagai mahasiswa?

Status kita sebagai mahasiswa (Thullabul ‘ilmi) memiliki 3 keistimewaan. Pertama, ditinjau dari segi agama, Thalibul ‘ilmi, mahasiswa (yang memperdalam ilmu agama) disamakan dengan pejuang Allah di medan jihad. Hal ini dijelaskan oleh Allah swt  dalam sebuah firmanNya “Falau la nafara min kulli firqatin minhum thaifatun liyatafaqqahu fiddin” (At-Taubah, 122) ayat ini sejalan dengan ayat  yang lainnya “Infiru khifafan wa stiqalan, wa jahidu bi amwalikum wa anfusikum”  (At-Taubah, 41).

Kedua, keutaman bagi seorang mahasiswa/ penuntut ilmu, diberikan jaminan kemudahan jalan menuju syurga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. “Man salaka tariqan yaltamisu fihi ‘ilman sahhalallahu lahu tariqan ilal jannah” barang siapa yang menuntu ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga. Ini menandakan bahwa posisi yang sedang kita jalani ini memiliki kemuliyaan di sisi Allah swt, sehingga Rasul langsung memberikan jaminan kemudahan menuju syurga kepada para penuntut ilmu.

Yang ketiga, dari sisi sosial, mahasiswa adalah status elit yang kita sandang dan tidak ada status akademis diatas Mahasiswa. Status mahasiswa yang kita jalani saat ini menjadi daya jual yang tidak bisa dipungkiri untuk menjadi orang yang multi fungsi alias serba bisa di tengah-tengah masyarakat.

Dengan3 keistimewaan tersebut semestinya dapat memberikan kesadaran kepada kita, bahwa kita adalah manusia penting, “Agent of change” agen perubahan menuju peradaban yang lebih maju. Ketika kita sudah benar-benar memahami status kita saat ini, maka kita dapat memperbaiki diri dari segala kekurangan yang ada, sehingga kita bisa melejitkan potensi diri sebagai bekal untuk memainkan peranan penting di masyarakat nanti.

Lantas “Apa peranan penting kita ketika kembali ke tanah air nanti?”.

Kehadiran kita untuk menuntut ilmu di bumi para Nabi ini, menjadi nilai lebih di mata masyarakat, karena kita adalah harapan yang akan membangun negeri ketika pulang ke daerah nanti. Ada pesan menarik yang dititipkan kepada kita “Nahnu Ad Du'aat qabla kulli syai”  kita adalah da’I, penyeru dan titel ini ada dipundak kita sebelum kita menjadi apapun. Sebelum menjadi PNS, menjadi Anggota Dewan atau Bisnisman, yang jelas kita adalah da’i atau penyeru kebaikan bagi siapa saja yang ada disekeliling kita.

Dengan demikian kita tidak dapat memungkiri bahwa peranan yang sangat penting bagi para alumni Mesir  khususnya dan timur tengah pada umumnya adalah seoarang da’i atau berdakwah. Dakwah dalam hal ini memiliki makna yang sangat luas, tidak hanya berdiri di mimbar memberikan ceramah, tidak hanya duduk di majlis ta’lim menyampaikan pengajian, akan tetapi mencakup dari segala macam segi kehidupan. Boleh-boleh saja sebagai seorang alumi mesir menjadi bisnisman, duduk di meja dewan dan pemerintahan,  atau menjadi jurnalis propesional, akan tetapi tetap ia harus menjadi da’i penyeru terhadap kebaikan. Artinya adalah keberadaan mereka di posisi-posisi tersebut menjadi tauladan dan membawa pencerahan bagi yang lainnya.

2. Tantangan

Hal tersebut tentu sering kita alami, sebagai manusia kita tidak pernah lepas dari yang namanya tantangan atau cobaan hidup. Tidak hanya sebagai seorang alumni mesir saja, akan tetapi  setiap individu juga memilliki tantangan hidup masing-masing.

Tantangan seperti apa yang akan kita hadapi ketika berkiprah di daerah nanti?

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi lajunya kiprah kita sebagai alumni di tanah air nanti. Diantaranya adalah perbedaan idiologi.  Benturan pemahaman atau idiologi  kerap kali terjadi di masyarakat kita, khususnya di daerah-daerah yang tingkat pemahaman masyarakatnya tergolong rendah. Dampaknya dapat menimbulkan perpecahan, pengkotak-kotakan umat dan lain sebagainya, sehingga dapat menghambat kemajuan dan peranan penting kita di daerah tersebut. Oleh karena itu, tugas pertama kita sebagai da’i adalah merubah paradigma berfikir masyarakat terhadap semua itu.

Perbedaan idiolgi atau pemahaman sebenarnya bukanlah hal yang sangat krusial bagi kita untuk tetap bekerja dan berperan penting di  negeri yang kita cintai, karena umat yang terbaik adalah mereka yang selalu menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Hal ini sejalan dengan firman Allah “Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnas ta’muruna bil ma’ruf wa tanhauna ‘anil munkar” (Ali-Imran, 110). Seandainya sebagai muslim kita telah memahami ini, maka sekat-sekat antara kita akan tiada lagi dan cita-cita persatuan umat akan terwujud.

Tantangan berikutnya berasal dari level elit atau orang yang seprofesi dengan kita. Kita tidak dapat memungkiri bahwa kehadiran kita sedikit banyak nya dapat menimbulkan kesan yang tidak baik bagi segelintir orang di daerah tempat tinggal kita. Mungkin hal ini terjadi hanya di sebagain daerah tempat tinggal kita. Artinya, ini bukanlah tantangan yang sangat besar bagi kita untuk tetap melanjutkan kiprah dakwah di temapt tersebut. Untuk mengatasi hal itu maka disnilah perlu keahlian atau skil kita dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat dan tokoh-tokoh terkemuka setempat, karena yang perlu kita sadari adalah untuk mencapai hasil kita butuh proses, waktu serta dukungan dari orang lain.

Tantangan berikutnya yang menjadi penghambat bagi kita adalah, tantangan “Ma’isyah” kehidupan(Faktor ekonomi/keuangan). Tidak sedikit diantara kita, ketika kemabli ke tanah air masih bingung bagaimna untuk mendapatkan penghidupan, sehingga ini terkadang dapat menjadi penghambat kita untuk konsisten di jalan dakwah. Oleh karena itu sebagai seorang  alumni atau da’i harus memilki cipta, karsa dan rasa, untuk menghasilkan penghasilan lain tanpa harus bergantung kepada upah profesinya sebagai seorang da’i, sehingga tidak dapat menghambat kinerja dan niat tulus kita sebagai da’i untuk berkiprah di jalan dakwah.

Mungkin di sisi lain, tantangan “Ma’isyah”  ini juga yang sering membuat alumni kita di Riau berjalan sendiri-sendiri, sehingga waktu yang tersisa untuk sekedar berjumpa atau berkumpul bersama memikirkan peran alumni di Riau sangat sedikit sekali. Hal ini tentunya dapat berpengaruh terhadap kemajuan stabilitas pembangunan di daerah kita.

Sebenanrnya tantangan terberat dalam berkiprah di negeri kita nanti adalah tantangan melawan diri sendiri. Jauh beberapa abad yang silam Rasulullah saw pernah mengatakan kepada para sahabatnya ketika usai perang badar, “Raja’na min jihadil asghar ila jihadil akbar”  kita baru saja menyelesaikan jihad kecil dan akan menuju jihad yang lebih besar lagi, sepontan para sahabat bertanya “jihad apa lagi yang lebih besar dari jihad di perang badar ini ya Rasulullah?”  Rasul menjawab “Jihadunnafsi” jihad melawan hawa nafsu. Untuk melawan tantangan terbesar ini kita butuh kesungguhan dan niat yang kokoh dari diri kita. Sadari betul peran penting yang kita miliki dan lakukan dengan sepenuh hati.

Semua tantangan tersebut insya Allah bisa kita selesaikan jika kita atasi dengan cara yang bijak, kita jalani dengan sabar dan kita lakukan dengan beransur-ansur, lamban tapi kokoh. Insya Allah jika hal ini dapat kita lakukan maka hasil akan terlihat sesuai dengan harapan. Amin.

Informasi terkini

Alhamdulillah tahun ini KSMR telah kedatangan duta negeri penuntut ilmu sebanyak 7 orang dan masih ada sekitar 4 atau 5 orang lagi. Ini kalau kita lihat dan bandingkan dengan daerah-daerah lain seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Aceh dan terkhusus di Sumatera, KSMR juga termasuk salah satu kekeluargaan yang sedikit jumlah anak barunya disetiap tahun. Jika dibandingkan tahun ini saja, Anak Baru Dari Sumatera Barat mencapai 50-an orang dan setiap tahunnya berkisar antara 40-an ke atas. Sangat jauh sekali jika dibandingkan dengan Riau sendiri..

Jika dilihat jumlah pondok pesantren di Riau boleh dibilang sangat banyak. Seandainya bisa mengutus dutanya 2 orang saja per pesantren, kemudian ditraining khusus, sehingga bisa menjalani tes dengan baik dan lulus untuk kuliah ke Al Azhar, maka Riau akan memiliki generasi-generasi islami yang tidak hanya mantap secara keilmuan tapi juga kokoh dalam kepribadian inilah yang kita harapkan.  Sekarang  yang menjadi pertanyaannya adalah apakah minat santriwan/santriwati untuk menyambung studi ke Al Azhar sangat sedikit? atau tidak tau sama sekali jalurnya? atau tidak ada biaya? Waallahua’lam bishawab.

Kalau kita berkaca kepada Daerah-daerah yang kedatangan Mahasiswa Baru yang banyak setiap tahunnya, tidak lain adalah selain minat santriwan/santriwati, juga kerja keras para alumni mereka di tanah air. Sebagai Mahasiswa disini kami hanya bisa berdoa dan berharap serta menanti peran alumni dimanapun berada. Wallahua’lam bishawab.
Rumah Riau-Mesir
1 Oktober 2012

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More