Alhamdulillahirrabbil ‘alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta Alam yang selalu melimpahkan nikmat kepada kita, sehingga kita dapat melaksanakan rutinitas sebagai hamba Allah di bumiNya yang luas ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah buat baginda Alam, nabi akhir zaman,Qudwah dan tauladan ummat, Nabi Muhammad SAW, Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Muhammad”. Cintanya yang begitu dalam terbukti melalui perjuangan, pengorbanan, dan kepedulian beliau kepada umatnya. Sukses dalam waktu kurang lebih 23 tahun membawa risalah kebenaran, mengantarkan islam menjadi agama yang terdepan.
Alhamdulillah, acara “Coffee Morning KSMR” ke-2 yang kita adakan pada hari Jum’at tangal 19 Oktober 2012, pukul 8.30 WK, berjalan dengan lancar dan sangat antusias, karena dihadiri oleh ketua MUI Provinsi Kepulauan Riau, bapak Tengku H. Azhari Abbas. Acara yang bertema Coffee Morning dan Ramah Tamah Bersama Ketua MUI Prov. Kepri Tengku Azhari abbas ini, dimoderatori oleh saudara Novrinaldi.S.
Acara semakin khidmat saat pak Tengku berbagi pencerahan dan pengalaman dihadapan mahasiswa Riau-Kepri di Mesir. Ada beberapa maklumat yang beliau sampaikan, diantaranya, "Bahwa kita hidup di dunia ini tentu memiliki prinsip, prinsip dasar kita sebagai seorang muslim adalah bahagia di dunia dan di akhirat, ini yang telah Allah sampaiakn dalam firmanNya “Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘azdabannar” (Al-Baqarah; 201) dan ayat ini juga sering menjadi kalimat penutup di setiap akhir do’a kita. Dari prinsip dasar ini kemudian kita dapat memperluas makna yang terkandung didalamnya. Untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat kita dapat menempuh berbagai cara yang telah digariskan dan diridhai oleh Allah SWT".
Pembicaraan pagi itu kita fokuskan untuk membahas komitmen dakwah di daerah kita. "Kepulauan Riau dan Riau merupakan daerah yang memiliki latar belakang yang tidak jauh berbeda, bahkan bisa dibilang sama, karena dulu Kepri dan Riau adalah satau Provinsi yang beribu kota di Pekanbaru. Sekarang Kepri dan Riau dianggap sebagai kota industri, dengan demikian keberadaan kedua provinsi ini menjadi “gula-gula” pemanis bagi yang lain, sehingga tidak heran, dengan daya tarik yang begitu kuat banyak para investor ataupun masyarakat luar berbondong-bondong mendarat di provinsi tersebut. Kedatangan mereka tentu memberikan pengaruh yang sangat besar kepada kita, baik yang bersifat positif terlebih lagi yang bersifat negatif.
Kita tentu tidak menginginkan hal negatif dapat tumbuh dan berkembang di daerah kita, untuk mengatasi hal tersebut, tugas kita sebagai mahasiswa agama adalah mempersiapkan diri dengan semaksimal mungkin di negeri para nabi ini sebelum kita kembali ke tanah air. Ini menjadi PR bagi kita bersama, bagaimna kita bisa menjawab ribuan pertanyaan yang akan dilayangkan oleh masyarakat nantinya? Kemudian, bagaimna kita masuk dan merubah stigma negatif yang berkembang di tengah masyarakat? bagaimna kita meluruskan dan mengarahkan masyarkat ke jalur yang tepat dan benar? Ini semua harus kita persiapkan dari sekarang, karena tugas kita ketika kembali nanti tidak lain adalah sebagi da’i, penyeru kepada kebaikan.
Untuk menangani hal tersebut, ada pesan sederhana yang sangat bermakna yang telah Allah paparkan melalui firmanNya dalam surah Maryam ayat 12-14. pesan pertama; Di awal ayat 12, seolah Allah SWT memerintahkan kita untuk menjadi seorang yang kutu buku (Rajin membaca). Dalam surah lain tepatnya pada surah Al-Alaq Allah berfirman, “Iqra” bacalah !. Ayat yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca. Ini menandakan bahwa untuk mendaptkan ilmu kita harus banyak membaca dan belajr. Bagaimana seseorang bisa berwawasan luas, jika ia tidak banyak membaca.
Kedua, pesan yang terdapat dalam kandungan surah Maryam adalah; Menagajarkan kita arti sebuah ketekunan (Ulet, rajin dan sungguh-sungguh). Mayoritas kita adalah mahasiswa (status elit dalam strata sosial). Sebagai seorang Thalibul ‘ilmi kesungguhan harus menjadi modal utama, karena dengan ksungguhan tersebut akan melahirkan keberhasilan. Sejauh mana kesungguhan seseorang dalam berusaha, maka hasilnya juga insya Allah sebanding dengan kesungguhannya. Perjalanan (menuntut ilmu) yang kita lakukan sekarang adalah bukti dari keseriusan dan kesungguhan kita untuk mendalami agama Allah, maka kesungguhan itu seharusnya lebih dioptimalkan lagi dengan cara; tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada selama berada di negeri para nabi ini (Mesir), sehingga ketika kita kembali ke tanah air nanti, kita benar–benar siap dengan seluruh kemampuan yang sudah kita miliki.
Selanjutnya, pesan yang ketiga adalah; Mengajarkan kita untuk menjadi orang yang berilmu. 2 kriteria diatas menjadi faktor terpenting dalam keilmuan seseorang. Ilmu tidak akan didaptkan tanpa dipelajari (membaca, menjadi kutu buku) dan ditekuni. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Kapabelitas seseoarang akan terlihat dari kemampuan dan keilmuannya, demikian juga dengan harkat dan martabatnya. Dengan Ilmu harkat dan martabat seseorang menjadi mulia baik dimata manusia terlebih lagi di sisi Allah SWT. Itu sebabnya sangat jauh berbeda antara orang yang tidak berilmu dengan orang yang berilmu, karena dengan ilmu lah kita dapat mengetahui antara yang benar dan yang salah, demikian juga sebaliknya, kebodohan dapat membawa kepada kesesatan. Pertanyaannya sekarang adalah, sudah seberapa dalam dan tajam keilmuan kita..?? jika para da’i yang bertugas menyampaikan agama ini tidak memiliki keilmuan yang mapan, kira-kira apa yang akan terjadi dengan umat ini (Islam)..?? saya yakin anda semua bisa menjawabnya sendiri.
Keempat; Memberikan pesan kepada kita untuk bersikap “santun”. Bagaimana seorang da’i bersikap santun dalam menyampaikan ilmunya. Inilah dakwah, semestinya da’i dapat menjadi pencerah bagi masyarakat bukan justru meresahkan masyarakat. Fenomena seprti ini mungkin sering terjadi di daerah kita, tak jarang sebagian da’i dengan tujuan yang benar justru berujung fatal, karena salah jalan/ metode dalam menyampaikannya. Tugas menyampaikan kabar gembira (risalah Rasulullah saw) tentu harus disampaikn dengan cara yang menggembirakan pula sehingga dapat diterima oleh masyarakat dan khalayak ramai.
Yang kelima; Berhati dan berjiwa “Bersih” (suci). Islam adalah agama yang memiliki alat pembersih, karena setiap manuisa lahir dalam keadaan suci (Islam), maka orangtuanya lah yang akan menentukan anak tersebut menjadi nasrani atau majusi. Ajaran islam adalah ajaran yang diformat secara sempurna untuk menata kehidupan umat. Untuk mensucikan jiwa, islam mendidik kita melalui shalat, “Innas shalata tanha ‘anil fahsyai wal munkar” shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Islam mengajarkan kita berpuasa untuk membersihkan hati dan jasmani, islam juga mendidik kita untuk menunaikan zakat sebagai bentuk pembersihan dan pensucian diri, dan masih banyak lagi cara lain yang dapat membersihkan hati dan jiwa kita.
Kemudian pesan yang keenam dari kandungan surah Maryam adalah; Mendidik kita untuk “Birrul walidain” berbuat baik kepada kedua orang tua. Ini sudah menjadi sebuah kelaziman bagi kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Sebagai bentuk dari birrul walidain kita adalah menjadi putra putrinya yang shaleh dan shalihah, patuh dan taat kepada mereka. Kedudukan anak yang shaleh ini dapat menjadi ladang amal bagi orang tua diakhirat kelak, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadist Rasulullah SAW, 3 amalan manusia yang tidak akan terputus sampai hari akhir nanti, diantaranya adalah “waladun shalihun yad’u lahu” anak yang shaleh yang selalu mendo’akan orang tuanya.
Dan yang ketujuh (terakhir) adalah; “wa lam yakun jabbaran ‘asiyya” jangan menjadi hamba yang angkuh (takbbur/ sombong). Sombong bukan pakaian makhluk yang lemah seprti kita. Kemahabesaran Allah menutupi segala kekuasaan dan kekuatan manusia, tidak ada yang lebih darinya. Bersikaplah seperti biasa saja, walaupun orang tau anda adalah kaum terpelajar lulusan Al-Azhar. Pengabdian kepada ummat tidak dilihat dari mana titel yang anda dapatkan, tapi sejauh mana anda bermanfaat untuk mereka, untuk itu tidak ada yang perlu dibanggakan dengan gelar, kedudukan, harta dan jabatan, karena semua hanya pemberian dan titipan yang harus disyukuri dan dijaga dengan sebaik-baiknya. Jika sifat takbbur sudah melekat pada diri manusia maka sungguh ia termasuk kepada golongan orang-orang yang durhaka. Na’udzubillah, mari kita bersihkan hati, seraya memohon ampun dan berdoa kepada Allah SWT agar dijauhkan dari sifat takabbur". Amin.
Itulah beberapa pesan singkat yang terdapat di dalam surah Maryam ayat 12-14 yang disampaikan oleh KH Azhari Abbas selaku ketua MUI Prov. Kepri, pada acara Ramah tamah di Rumah Riau, jum’at pagi tadi. Mengakhiri pembicaraannya, lagi-lagi beliau berpesan kepada kita semua mahasiswa Riau-Kepri yang sedang menuntut ilmu di Mesir ini, untuk memahami dan menyadari betul PR dan tanggung jawab kita sebagai Mahasiswa dan da'i, tentunya dengan mempersiapkan bekal semaksimal mungkin sebelum kembali dan berkiprah di daerah nantinya.
Wallahu a’lam bis shawab.....
Syafni Agmal
19 Oktober 2012
Rumah Riau, H-9 Nasr City, Cairo
1 komentar:
Sukses slalu buat semuanya...:)
Posting Komentar