Cinta Rasul

Cinta Rasul

Jumat, 12 April 2013

Setelah Penantian Panjang, Akhirnya Tampil Sebagai Pemenang


Hati dag dig dug der saat menunggu peluit terakhir dari wasit asal Nigeria itu. Berharap keunggulan skor 2-1 atas Minang tetap bertahan sampai peluit panjang wasit berbunyi mengakhiri pertandingan, sehingga tim kebanggaan kami LKFC (Lancang Kuning) tampil sebagai juara. Itulah harapan dan do'a kami di final Sumatra Cup kemarin.

Ya, tampil sebagai juara adalah harga mati yang harus kami tebus setelah hampir 10 tahun kami menantikan sejarah emas itu terukir kembali.

Priiittt...priiittt...priiitt...peluit panjang berbunyi tanda pertandingan usai. "Alhamdulillah....hu,,hu,,hu,,hore,,hore,,,"sorak sorai gembira dari para pemain dan penonton. Terlihat suporter LKFC (Askar theKing) yang spontan menyerbu masuk ke dalam lapangan menyambut tim kesayangnya yang tampil sebagai juara, akhirnya do'a, harapan dan perjuangan panjang tu terwujud di tahun ini, 2013 menjadi tahun keemasan, kami mampu mengukir sejarah gemilang di tanah Qatameyya.

Saksi sejarah.

Namanya Aldi. Tampan, gokil, keren, kocak,..he he.. Suporter Fanatik, sekaligus saksi sejarah keemasan LKFC di ajang bergengsi itu menuturkan kisahnya di markas LKFC H-9 Madinat Nasr. "Dari awal sumatra Cup diadakan aku sudah punya firasat (bukan khurafat lho ya, he he ) bahwa tim Tangguh kami akan menjadi juara dan memukau stadiun Qatameya pada final nanti. Firasat itu aku kemas menjadi do'a. Tidak hanya itu, aku dan teman-teman hadir untuk memberikan dukungan dengan teriakan-teriakan yang mengobarkan semangat para pemain.

Terbukti, para pemain yang berskil, tim yang hebat dan ditambah lagi dengan suporter yang dahsyat, selalu tampil memukau dan menang di setiap perhelatan. Ketika final akan berlangsung dukungan dan suporter dari LKFC semakin antusias. Kami sudah mempersiapkan semua rencana dengan baik untuk menggoncang stadiun Qatameya, tapi ketika di lapangan, kami tidak pernah menyangka bahwa suporter tim lawan lebih siap dan unggul dengan segala atribut yang mereka gunakan, namun semua itu sama sekali tak menyurutkan semangat kami untuk tetap mendukung tim kesayangan kami tu.

Jalannya pertandingan

Peluit awal berbunyi, pertandingan babak pertama pun dimulai. Para pemain mulai memperlihatkan skil Ώyå masing-masing, Aku dan para askar theking (Suporter LKFC) mulai meneriakan yel-yel memberikan semangat kepada tim jagoan kami. Ini lah beberapa yel-yel yang kami lagukan:

"LKFC di dadaku, LKFC kebanggaanku, hari ini aku yakin pasti menang"
"LKFC siapa yang punya, LKFC siapa yg punya, yang punya kita semua".
"LKFC,...LKFC...LKFC baju kuning, KSMR,,KSMR...KSMR mendukungmu" (sambil menirukan nada lagu iwak peyek).hehe...
" Ajay...Ajay..Ajay...pahlawan LKFC, Ajay...Ajay..Ajay..pahlawan LKFC".
"Go..Go..Go..ayo LKFC,..Go..Go..Go..ayo kita menang."

Masih banyk lagi yel-yel yang kami teriakan yang tak bisa kami tuliskan di cerita singkat ini. Sebagian suporter yang lain juga terlihat mengibarkan sepanduk dari kertas yang bertuliskan "LKFC selalu di hati.LKFC di dadaku, LKFC kebanggaankuLove u full Om kapten SugieAskar TheKing, Budak melayu mendukungmu LKFC", dan masih banyak lagi yang lainnya. Ini semua kami lakukan bukti kecintaan kami kepda tim hebat itu.

Permainan di lapangan terus berlanjut, si kulit bundar menjadi rebutan para pemain untuk dimasukan ke gawang lawan. Terlihat beberpa kali peluang pemain LKFC di menit-menit awal gagal menembus gawang Minang saiyo, sampai akhirnya jelang paruh babak pertama Bg Seif (pemain handal berpengalaman) LKFC berhasil membobol gawang lawan, merubah skor menjadi 1-0, teriakan suporter bergemuruh di stadiun Qatameya.

Usaha untuk membobol gawan lawan masih terus berlanjut, hingga akhirnya selang beberpa menit setelah gol pertama, LKFC kembali membobol gawang lawan melalui pemain muda Chairudin Aje yang sekaligus gol tu menjadikan dirinya tampil sebagai top scorer di ajang sumatra Cup tahun ini, skor berubah menjadi 2-0.

Menjelang akhir pertandingan babak pertama, permainan pun mulai memanas. Diawali dari beberpa keputusan kontroversial oleh wasit tengah. Salah satunya, kartu kuning yang diberikan wasit atas pelanggaran yang dilakukan oleh salah seorang pemain bawah Minang saiyo yang sengaja menahan bola dengn tangannya, yang seharusnya pantas dihadiahkan kartu merah. Hal ini memancing emosi dari salah seorang pemain LKFC bg Udin, yang akhirnya dia juga dikenakan kartu kuning atas expresinya yang kurang berkenan di hati wasit. Hakam meniup peluit panjang dan babak pertamapun usai.

Babak kedua.

Pertandingan semakin seru. Minang saiyo yang tertinggal 2 angka dari tim kami (LKFC) ngotot untuk terus melakukan gebrakan mengejar ketertinggalnnya, sementara skuad LKFC binaan Nasir Uma (pelatih asal Thailand) itu juga ingin menambah gol atau minimal mempertahankan kedudukan sampai akahir pertandingan. Terlihat beberpa peluang dari Minang yang mengarah ke gawang LKFC namun masih bisa diselamatkan oleh kiper berpostur tinggi Amal Fathullah. Sampai akhirnya di pertengahan babak kedua, tendangan penjuru dari Minang berhasil membobol gawang LKFC, skor pun berubah menjadi 2-1. 

Perubahan kedudukan ini membuat para pemain khawatir, dan kami suporter pun merasakn hal yang sama seprti mereka rasakan. Suaraku sudah mulai habis, hanya tinggal beberpa power saja, sudah tidak terdengar lantang lagi, tapi kami tidak mau membuat para pemain putus asa, beberapa temanku yang lain kembali berteriak, "Ayoo..Ayoo..kita masih bisa, kita masih bisa,...go..go..go...LKFC berjaya". Mendengar teriakan yang penuh dengan semangat itu, para pemain kembali bangkit, berjuang sekuat tenaga hingga waktu babak kedua pun berakhir.

"Prittttt...pritttt...prittt...peluit panjang berbunyi..."Alhamdulilllahhhhhhh...akhirnya setelah hampir 10 tahun menanti, sekarang kita bisa meraih gelar juara kembali. Sorak sorai gembira, bergemuruh di stadiun Qatameyya, hari itu benar-benar menjadi hari yang paling membanggakan dan menggembirakan bagi kami (Tim LKFC, Suporter, dan KSMR). Tanpa kusadari Aku seperti berada di bukit jalil (stadiun Malysia) yang sedang menyaksikan kemenangan Indonesia dikandang Malaysia. "̮heheheheh.....Kami bangga, setelah penantian panjang akhirnya kami tampil sebagai pemenang. 

*Sebenarnya masih sangat panjang cerita kemenangan ini, tapi aku hanya ingin menukilkan sedikit saja dari rasa bangga kami sebagai anak Riau di tanah Anbiya (tim LKFC, Suporter, KSMR). Kami bangga jadi anak Riau, Kalau bukan kita siapa lagi...bravo LKFC, KSMR berjaye.

#Masih dalam suasana kemenangan...hehehe
Cairo 31 Maret 2013 

Oleh: Bung Aldi (Suporter Fanatik LKFC)

Melanggar Bahasa Resmi


Sampai saat ini aku masih ingat betul dengan kejadian yang memalukan itu. "Melanggar bahasa" itu lah peristiwa yang membuatku dan beberapa temanku kapok untuk mengulanginya.

Pesantren Darel Hikmah. Di sinilah cerita itu bermula. Pondok pesantren yang terletak di jl. Manyar Sakti KM 12 Panam Pekanbaru. Didirikn pada tahun 1991, hingga saat aku masuk ke pesantren itu tahun 2003, jumlah santrinya sudah mencapai kurang lebih 1300 santri, termasuklah aku dan beberapa temanku. Di penjara suci ini aku memiliki banyak pengalaman mulai dari pengalaman pertama kali naik pesawat sampai aku bisa mengelilingi indonesia, (sok top sikit) dan di pondok tercinta ini pula aku memiliki banyak teman dari berbagai macam kabupaten / kota yang ada di Riau yang sama-sama belajar lebih dalam tentang islam.

Layaknya pesantren yang berbasis moderen, Darel hiklmah terkenal dengan nizhom atau peraturan yang super ketat, salah satunya peraturan berbahasa asing. Di pesantren ini ada 2 bahasa resmi yang wajib digunakan oleh setiap santri, yaitu Arab dan Inggris, jadi bahasa selain Arab dan Inggris bisa dibilang "haram" hukumnya untuk diucapkan.

Semua santri tau hal itu, termasuk kami anak kelas 1 aliyah yang bisa dikatakan sudah 3 tahun lebih dulu makan asam garam di pesantren itu, tapi terkadang silaf tidak bisa dihindarkan, atau mungkin khilaf sudah menjadi kebiasaan. Malam itu aku (Syafni) dan beberapa temanku, Riko, Barel, Ihsan, Izam, dan Ferdi sedang asyik bercanda ria di kamar kesayangan kami.

Aku juga tidak tau pasti dari mana candaan kami berawal, tapi yang jelas, temanku si Riko memang lebih pandai untuk memulai mencairkan suasana dengan guyonan dan candaan-candaannya, anaknya gokil, bergaya khas seperti seorang pelawak, jadi kalau penyakit humornya sudah mulai kambuh, gak ada seorangpun dari kita yang tidak tertawa. Kadang aku juga bersyukur dengan kehadiran teman seperti dia, bisa menghibur hati dikala sedih. Tapi terkadang juga aku bosan, ketika kita serius dia malah bawaannya canda terus, ya biasalah namanya juga manusia. hehehe...

Malam itu kami asik membicarakan masa lalu kami 3 tahun yang silam. Tentunya si Riko sang humoris yang memulai cerita nostalgia ini, dengan bahasa indonesianya yang berlogat melayu, "Woi kalian masih ingat tak waktu kita masih jadi anak baru, waktu itu kn ade teman kita yang malam-malam kebelet buang air besar, terus dia gak berani ke hamam (kamar mandi) akhirnya nyemprot dari atas asrama deh?", hahaha….. Kamipun tertawa mendengar cerita lama itu. "iya aku masih ingat banget tu kejadian itu, malam-malam, hujan, mati lampu lagi, lucu banget" sambut Barel. "Bukan cuma itu, kejadian paginya yang lebih lucu bro, masih ingat dengan bang Mazlan, pengurus bagian keamanan yang bangunin kita setiap subuh, dan subuh itu kita dapat santapan tambahan kan, itu gara-gara dia kepijak kotoran teman kita di depan asrama" tambah Izam. Malam itu kami seperti berada pada zaman pertama kali kami masuk ke pesantren ini. Asik menceritakan masa lalu masing-masing, walau sebenarnya gosip bukan hobi kami, hanya kadang-kadang sebagai selingan penghilang stres, kita suka bercerita tentang masa lalu.

Kejadian yang menimpa teman kami itu secara tidak langsung memberikan pelajaran kepada kami. Belajar tentang keberanian, kejujuran, dan kebersamaan. Karena kejadian itu, selepas shalat subuh kami dikumpulkan di depan asrama, ditanya satu-persatu oleh keamanan, "Siapa yang buang air besar sembarangan dari atas asrama.?". Pagi itu teman kami yang berinisial X akhirnya jujur mengakui kesalahannya, dan pagi tu juga kami sedikit mendapt santapan rohani dari bagian keamanan, dengan nada yang penuh kasih sayang beliau sampaikan “Bahwa jika kita merasa tidak mampu atas kesulitan yang kita hadapi, sebaiknya segera meminta bantuan, dan sebagai teman sudah selayaknya kita hidup saling membantu, tolong menolong satu sama lainnya, apalagi kita tinggal di satu lembaga, satu asrama dan yang terpeting kita adalah saudara satu akidah dan keyakinan (islam)”.  Ya, itu pembelajaran yang bisa kami ambil pagi itu. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Tapi tulisan sederhana ini bukan ingin bercerita panjang tentang sahabat kami yang satu itu. Aku ingin bercerita tentang kejadian yang menimpaku dan beberapa temanku.

Malam itu, sedang asyik-asyiknya bercanda ria mengingat masa lalu, tanpa disadari salah seorang bagian bahasa yang berwajah sangar masuk dan menemui kami yang sedang asyik berbicara dengan bahasa Indonesia. Sudah barang tentu siapa saja yang menggunakan bahasa Indonesia alias melanggar bahasa maka akan diberikan ‘Iqab (hukuman) sesuai dengan ketetapan. Kamipun terdiam seribu bahasa ketika"qismul lughoh" (bagian bahasa) muncul dengan tiba-tiba di hadapan kami, tanpa banyak kata, Ia pun langsung mencatat nama-nama kami di kertas khusus yang selalu ia bawa kemana-mana, akhirnya nama kamipun masuk ke dalam daftar pelanggar bahasa. Ya sudah lah, kami hanya bisa pasrah menerima hukuman esok hari. Padahal sebelum kami mulai bercanda ria, kami sudah pastikan kamar kami itu aman dari segala macam pengintaian dan mata-mata, pintu depan terkunci rapat, tapi ternyata kami lupa mengunci pintu belakang kamar, dan dari situlah bagian bahasa masuk menggerebek kami. Ya begitulah, rencana buruk akan selalu terbongkar. Hehe..

Setelah bagian bahasa pergi, si Izam, Barel, Ihsan, dan Ferdi langsung bergegas naik ke tempat tidur, cemas atau apa lah namanya, aku tak tau, tapi yang jelas wajah mereka sedikit pucat sih, begitu juga dengan aku yang termenung di depan lemari menyesali kejadian malam itu, namun tidak demikian dengan si Riko sang humoris, dia masih bisa tertawa manis sambil berkata "Hi brader, ini baru waw namanya, ini yang namanya berproses kawan, kita sedang berproses menjadi kupu-kupu yang indah". Dengan kesal aku menjawab "indah apanya?? Yang jelas besok kita bakal jadi santapan bagian bahasa". Dasar tu anak memang bawaannya santai dari lahir kali yah..Hehe.....

Bersambung.......>>

*Bagaimana dengan nasib kami selanjutnya...??? nantikan kelanjutannya..hehe

Saatnya Kita Menjadi Bagian dari Sejarah Emas Peradaban

Satu hal yang harus benar-benar kita sadari, bahwa kecerdasan akal, kekuatan fisik, kejernihan hati, adalah karunia terbesar dari sang Pencipta. Ketika semua nikmat tersebut dimanfaatkan dengan baik maka akan membuahkan hasil yang baik pula (maksimal). Misalnya; jika kita satukan semua itu (kecerdasan, kekuatan, kejernihan hati) dengan baik untuk mengais ilmu di bumi Allah ini maka hasilnyapun akan maksimal (insya Allah), namun ketika kita biarkan atau bahkan kita salahgunakan semua karunia Allah tersebut, maka ia akan hilang seiring dengan berjalannya waktu.

Bilangan hari di dunia ini sangatlah sedikit. Bersungguh-sungguhlah dalam mencari ilmu di sisa-sisa hari yang sedikit itu, maka kamu akan merasakan manisnya ilmu sepanjang hidupmu, lezatnya ilmu di sisa hari-harimu dan namamu akan selalu disebut-sebut meskipun kamu telah tiada (wafat), inilah diantara keutamaan ilmu. Goresan tinta sejarah selalu mencatat nama-nama mereka yang telah melahirkan banyak karya dengan ilmunya, sebut saja diantaranya imam 4 madzhab, Imam Abu Hanifah, iamam Malik, imam As-syafii, imam Ahmad bin Hambal yang sudah tidak asing di telinga kita. 

Sungguh masih sangat banyak nama-nama yang menginspirasi kita sepanjang sejarah. Sekarang saatnya KITA, kita suatau saat akan menjadi bagian dari sejarah, hanya saja, akankah nama kita menjadi bagian dari sejarah emas peradaban, atau justru tercatat dalam tinta hitam ??.

Sa'id bin Jubair pernah berkata "Seseorang akan berilmu jika ia terus belajar, ketika ia berhenti untuk belajar, maka kebodohan yang akan menghampirinya". Bukti sejarah lainnya, Seorang ulama yang bernama Masruq bin Al-ajda'i bin Malik (tabi'in), untuk mencari guru yang menafsirkan 1 ayat dari alqur'an saja ia rela menempuh jauhnya perjalanan menuju Basrah, bahakn ketika seseorang mengabarkan kepdanya bahwa guru yang ia maksud berada di Syam, ia pun bergegas menuju Syam untuk menemuinya. Kejadian ini berkisar diantara tahun 40-63 H. kita bisa bayangkan, transportasi apa yang ada pada waktu itu.??? alat komunikasi seperti apa yang digunakan pada zaman itu...??.

Sudah pasti pada waktu itu tidak ada pesawat, Mobil, motor, sepeda dsb. Begitu juga dengan alat komunikasi, sudah barang tentu pada waktu itu tdk ada Telepon, Internet, Handphone dsb. ternyata dengan keterbatasan itu mereka mampu menjadi bukti sejarah bahwa manusia punya kekuatan besar ketika ia sadar akan dirinya dan hidupnya. maka tidak heran jika ada pepatah mengatakan "Seberapa besar kesadaranmu maka sebesar itu pulalah kesuksesanmu". 

قال الجاحظ: العلم عزيز الجانب لا يعطيك بعضه حتى تعطيه كلك
Kita butuh totalitas dalam mengais ilmu, dengan mengerahkan segala kemampuan dan kesungguhan kita, karena dengan begitu ilmu akan mudah masuk ke dalam akal dan hati kita.

#Semoga hari-hari kita selalu berkah, aminn....
tetap semangatttt.....::)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More