Sampai saat ini aku masih ingat betul dengan kejadian yang memalukan itu. "Melanggar bahasa" itu lah peristiwa yang membuatku dan beberapa temanku kapok untuk mengulanginya.
Pesantren Darel Hikmah. Di sinilah cerita itu bermula. Pondok pesantren yang terletak di jl. Manyar Sakti KM 12 Panam Pekanbaru. Didirikn pada tahun 1991, hingga saat aku masuk ke pesantren itu tahun 2003, jumlah santrinya sudah mencapai kurang lebih 1300 santri, termasuklah aku dan beberapa temanku. Di penjara suci ini aku memiliki banyak pengalaman mulai dari pengalaman pertama kali naik pesawat sampai aku bisa mengelilingi indonesia, (sok top sikit) dan di pondok tercinta ini pula aku memiliki banyak teman dari berbagai macam kabupaten / kota yang ada di Riau yang sama-sama belajar lebih dalam tentang islam.
Layaknya pesantren yang berbasis moderen, Darel hiklmah terkenal dengan nizhom atau peraturan yang super ketat, salah satunya peraturan berbahasa asing. Di pesantren ini ada 2 bahasa resmi yang wajib digunakan oleh setiap santri, yaitu Arab dan Inggris, jadi bahasa selain Arab dan Inggris bisa dibilang "haram" hukumnya untuk diucapkan.
Semua santri tau hal itu, termasuk kami anak kelas 1 aliyah yang bisa dikatakan sudah 3 tahun lebih dulu makan asam garam di pesantren itu, tapi terkadang silaf tidak bisa dihindarkan, atau mungkin khilaf sudah menjadi kebiasaan. Malam itu aku (Syafni) dan beberapa temanku, Riko, Barel, Ihsan, Izam, dan Ferdi sedang asyik bercanda ria di kamar kesayangan kami.
Aku juga tidak tau pasti dari mana candaan kami berawal, tapi yang jelas, temanku si Riko memang lebih pandai untuk memulai mencairkan suasana dengan guyonan dan candaan-candaannya, anaknya gokil, bergaya khas seperti seorang pelawak, jadi kalau penyakit humornya sudah mulai kambuh, gak ada seorangpun dari kita yang tidak tertawa. Kadang aku juga bersyukur dengan kehadiran teman seperti dia, bisa menghibur hati dikala sedih. Tapi terkadang juga aku bosan, ketika kita serius dia malah bawaannya canda terus, ya biasalah namanya juga manusia. hehehe...
Malam itu kami asik membicarakan masa lalu kami 3 tahun yang silam. Tentunya si Riko sang humoris yang memulai cerita nostalgia ini, dengan bahasa indonesianya yang berlogat melayu, "Woi kalian masih ingat tak waktu kita masih jadi anak baru, waktu itu kn ade teman kita yang malam-malam kebelet buang air besar, terus dia gak berani ke hamam (kamar mandi) akhirnya nyemprot dari atas asrama deh?", hahaha….. Kamipun tertawa mendengar cerita lama itu. "iya aku masih ingat banget tu kejadian itu, malam-malam, hujan, mati lampu lagi, lucu banget" sambut Barel. "Bukan cuma itu, kejadian paginya yang lebih lucu bro, masih ingat dengan bang Mazlan, pengurus bagian keamanan yang bangunin kita setiap subuh, dan subuh itu kita dapat santapan tambahan kan, itu gara-gara dia kepijak kotoran teman kita di depan asrama" tambah Izam. Malam itu kami seperti berada pada zaman pertama kali kami masuk ke pesantren ini. Asik menceritakan masa lalu masing-masing, walau sebenarnya gosip bukan hobi kami, hanya kadang-kadang sebagai selingan penghilang stres, kita suka bercerita tentang masa lalu.
Kejadian yang menimpa teman kami itu secara tidak langsung memberikan pelajaran kepada kami. Belajar tentang keberanian, kejujuran, dan kebersamaan. Karena kejadian itu, selepas shalat subuh kami dikumpulkan di depan asrama, ditanya satu-persatu oleh keamanan, "Siapa yang buang air besar sembarangan dari atas asrama.?". Pagi itu teman kami yang berinisial X akhirnya jujur mengakui kesalahannya, dan pagi tu juga kami sedikit mendapt santapan rohani dari bagian keamanan, dengan nada yang penuh kasih sayang beliau sampaikan “Bahwa jika kita merasa tidak mampu atas kesulitan yang kita hadapi, sebaiknya segera meminta bantuan, dan sebagai teman sudah selayaknya kita hidup saling membantu, tolong menolong satu sama lainnya, apalagi kita tinggal di satu lembaga, satu asrama dan yang terpeting kita adalah saudara satu akidah dan keyakinan (islam)”. Ya, itu pembelajaran yang bisa kami ambil pagi itu. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Tapi tulisan sederhana ini bukan ingin bercerita panjang tentang sahabat kami yang satu itu. Aku ingin bercerita tentang kejadian yang menimpaku dan beberapa temanku.
Malam itu, sedang asyik-asyiknya bercanda ria mengingat masa lalu, tanpa disadari salah seorang bagian bahasa yang berwajah sangar masuk dan menemui kami yang sedang asyik berbicara dengan bahasa Indonesia. Sudah barang tentu siapa saja yang menggunakan bahasa Indonesia alias melanggar bahasa maka akan diberikan ‘Iqab (hukuman) sesuai dengan ketetapan. Kamipun terdiam seribu bahasa ketika"qismul lughoh" (bagian bahasa) muncul dengan tiba-tiba di hadapan kami, tanpa banyak kata, Ia pun langsung mencatat nama-nama kami di kertas khusus yang selalu ia bawa kemana-mana, akhirnya nama kamipun masuk ke dalam daftar pelanggar bahasa. Ya sudah lah, kami hanya bisa pasrah menerima hukuman esok hari. Padahal sebelum kami mulai bercanda ria, kami sudah pastikan kamar kami itu aman dari segala macam pengintaian dan mata-mata, pintu depan terkunci rapat, tapi ternyata kami lupa mengunci pintu belakang kamar, dan dari situlah bagian bahasa masuk menggerebek kami. Ya begitulah, rencana buruk akan selalu terbongkar. Hehe..
Setelah bagian bahasa pergi, si Izam, Barel, Ihsan, dan Ferdi langsung bergegas naik ke tempat tidur, cemas atau apa lah namanya, aku tak tau, tapi yang jelas wajah mereka sedikit pucat sih, begitu juga dengan aku yang termenung di depan lemari menyesali kejadian malam itu, namun tidak demikian dengan si Riko sang humoris, dia masih bisa tertawa manis sambil berkata "Hi brader, ini baru waw namanya, ini yang namanya berproses kawan, kita sedang berproses menjadi kupu-kupu yang indah". Dengan kesal aku menjawab "indah apanya?? Yang jelas besok kita bakal jadi santapan bagian bahasa". Dasar tu anak memang bawaannya santai dari lahir kali yah..Hehe.....
Bersambung.......>>
*Bagaimana dengan nasib kami selanjutnya...??? nantikan kelanjutannya..hehe
0 komentar:
Posting Komentar