Mengawali tulisan sederhana ini, saya ingin menukilkan ayat Allah SWT dalam surah Al mujadilah ayat 11 “Yarfa’illȃhulladzȋnaȃmanu minkum walladzȋna ȗtul ilma darajȃt” Artinya: Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Ayat ini menjelaskan tentang salah satu dari sekian banyak keutamaan ilmu pengetahuan. Rasulullah SAW juga bersabda “Man salaka tarȋkan yabtaghȋ fȋhi ilman, sahhalallahu lahu tarȋqan ilal jannah” barang siapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju syurga. Keutamaan ilmu ini juga dipertegas oleh Imam ‘Ali karamallah wajhah“Al ilmu khairun minal mȃl, al ‘ilmu yahrusuka wa anta tahrusul mȃl” ilmu itu lebih baik dari pada harta, ilmu akan menjaga mu sedangkan harta, kamu yang akan menjaganya.
Berbicara tentang keutamaan ilmu memang tidak akan pernah ada habisnya. Sejuta keutamaannya, membuat manusia menjadi “gila” (gila-gilaan untuk mendapatkannya). Melakukan sesuatu yang menurut akal sehat kita tidak mampu untuk dilakukan. Banyak bukti yang merekam perjalanan hidup mereka, salah satunya adalah kitab “Safahȃt min sabril ulamȃ”. Dalam kitab tersebut kita bisa mengetahui bagaimana sejarah mengukir kisah emas para pendahulu-pendahulu kita (para ulama) dalam mencari ilmu. Keutamaan dan kemuliaan ilmu membius kelemahan menjadi kekuatan besar, menghancurkan segala bentuk keterbatasan, meluluhkan puing-puing kemalasan dan membangkitkan semangat perjuangan.
Berlandaskan firman Allah SWT “Innamȃ yakhsallȃha min ‘ibȃdihi ‘al ulamȃ” (QS; Fathir, 28) mari kita belajar dari beberapa figur ulama yang pernah diukir oleh beberpa kitab sejarah. Syeikh Ya’kub bin Safyan al fursi, adalah satu dari sekian banyak ulama yang namanya ikut diabadikan oleh sejarah. Dalam sebuah riwayat, ulama yang berasal dari negeri Persia ini pernah menetap di sebuah daerah selama 30 tahun untuk menuntut ilmu, dan dalam keadaan miskin. Bahkan saking lamanya beliau menuntut ilmu, beliau harus kehilangan penglihatannya.
Demikian juga halnya dengan imam Ahmad bin Hambal, beliau mulai giat mencari ilmu sejak usia remaja ± 16 tahun. Kemudian beliau pernah menjelajah 4 negara dalam “rihlatul ilminya”, disamping itu juga, beliau menunaikan ibadah haji sebanyak 5 kali dan 3 kali dilakukan dengan berjalan kaki. Ingat..!! yang perlu dicatat adalah semua yang mereka lakukan pada masa itu dalam kondisi serba keterbatasan, baik keterbatasan dalam komunikasi terlebih lagi dalam hal transportasi, namun mereka tetap bisa melakukannya.
Mungkin kita akan bertanya-tanya, kok bisa ya..?? bagaimna caranya..?? sekali lagi jangan samakan pola fikir awam kita dengan mereka (orang-orang berilmu), karena jelas tidak akan sama, hal ini telah Allah paparkan melalui firmanNya dalam surah Az-Zumar ayat 9, “Hal yastawilladzȋna ya’lamȗna walladzȋna la ya’lamȗn” apakan sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Jawabannya sudah jelas, tidak akan sama. Bagi kita mungkin mustahil untuk melakukan hal-hal tersebut, tapi percaya atau tidak, yang jelas mereka sudah membuktikannya.
Sekarang bagaimana dengan kita..?? Mampukah kita melakukan apa yang telah mereka lakukan..?? atau kita hanya setia menjadi pembaca sejarah tanpa mengambil tindakan untuk melakukan perubahan..?? jawaban itu sudah ada pada diri kita masing-masing.
Jika kita ingin menjadi orang-orang yang luar biasa seperti mereka, maka harga matinya adalah kita harus melakukan hal-hal yang luar biasa juga. Modal utamanya adalah "Niat" dan “kesungguhan”. Sungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan sungguh-sungguh untuk bersabar dalam menghadapi segala cobaan. Kesuksesan itu hanya milik orang-orang yang peduli dan sabar terhadap sebuah proses.
Vince lombardi pernah mengatakan “Harga dari kesuksesan adalah kerja keras. Dedikasi terhadap pekerjaan akan menentukan apakah kita ingin menang atau kalah”. Sekarang bukan waktunya untuk berdiam diri lagi, di tengah hiruk pikuk dunia yang semakin tak tentu arah ini, kita harus mengambil kendali dengan melakukan hal-hal besar yang dapat mengantarkan umat ke gerbang kejayaan. Wallȃhua’lam bis-shawȃb
Nb: Sumber dari kitab "Safhat min sabril ulama" , kitab "Mughnil muhtaj" dan buku "Dahsyatnya inspirasi kata-kata bijak warisan tokoh-tokoh top dunia" (Iwan Setiawan).
Syafni Agmal (Novri)
Menanti mentari pagi, 3 November 2012
Istana Riau-Mesir, Nasr City Cairo
0 komentar:
Posting Komentar